Sabtu, 26 Maret 2011

Berita Lama Tentang Nyanyian Derita (Ratapan Hati Orang Terinfeksi HIV)


Dalam kelam gerimis senja aku terseok labuhkan duka
Bersama lara yang tiada terlerai dalam langkah berjuta
Bagai mengusung seribu gunung
Hatiku lelah
Begitulah..
Hidup dengan sesuatu yang dianggap hantu
Yang diberi label VIRUS HIV
Demikanlah..
Kekalnya duka bak jadi legenda hingga kata-kata tiada lagi bermakna
Kabar terbaru adalah berita tentang DISKRIMINASI dan STIGMA – diatas lukaku yang menganga, semestaku luka.. jagadku duka

Lara yang ku larung dalam alir waktu dan senoktah kenangan yang kulabur darah
Dikedalaman palung samudera hati
Terasa abadi menjadi timbunan beronggok sejarah
Aku tertancap dalam kesendirian tanpa tahu adakah suaraku bisa menembus
Menemui segenggam hati yang lain....
Tentang gelisah yang sarat diujung pekat
Tentang riang yang dulu rindang
Tentang resah yang menggetas dibimbang yang luas

Aku hilang..
Dalam sakit dan hina yang bertubi didesak-desakkan
Nyata disini
Namun ku hanya dianggap hiasan
Suaraku dianggap seperti asap – bikin batuk
Lalu hilang ditampar angin
Gerakku Cuma dianggap sampah – kadang dibuang tak diperhatikan
Padahal aku ingin seperti damar minyak yang berguna disaat yang layak
Bukan seperti hantu yang eksistensinya dijauhi dna ditakuti
Lalu..
Harus bagaimana aku saat mentari dan bulan bergantian datang
Karna yang kutahu sebilah tangan takkan mampu
Menorehkan sejuta kata dan cerita bagi jiwaku yang sekarat

Bagimu yang mengaku punya hati dan nurani
Kenapa keu pasung aku ditengah derita..
Hingga terus berharap bumi menelanku
Dengarkah kau jeritku lamat-lamat
Meronta kuat dipojok sekarat
Apakah kau hanya mendengar dan melihat?
Kadang sesekali menggeleng dan menganggukkan kepala
Tanpa berbuat apa-apa
Ratapku padamu...

Malam memilin sunyi dibantal pekat
Aku melangkah pasrah
Dengan hati yang menopang raga nan sekarat
Kalbuku gulita tanpa pelita
Menangis tanpa air mata ternyata lebih pedih dari ribuan siksa
Bila tiap kujejakkan kaki penuh luka ini
Hanya cibir sebelah mata yang ada
Sementara keringat telah lama mendingin
Airmata dan tetes darah telah lama mengering
Tapi terlalu renta waktu ini kunantikan dan aku takut kalau harus menyerah lebih awal
Karena tak terbesit sedikitpun rasa tuk jadi begini
Aku mohon..
Jangan bodohkan aku bila aku tertancap duri
Tapi peluk aku..
Hargai usahaku tuk langkahkan kaki
Dan bantu aku membalut luka ini

Sebab telah terlanjur kulemparkan sekeping doa
Kepada kuasa yang paling sejati diatas segala badan dan ruh
Yang entah menjelma apa dalam sanubari kita
Yang menguji kita dengan fitnah dan aniaya
Yang memuji kita dengan fasih dan persahabatan

Doa sederhanaku yang hampir membatu
Pada sisa akhir waktuku yang tak yakin akan lagi panjang
Tentang satu keinginan memandang semesta dengan hati
Memaknai arti kasih sayang yang terbentang
Dengan ikhlas dan tulus mengitari
Aku mohon..
Jauhkan aku dari kenistaan dan kesia-siaan

By : Yudha Novianto (ODHA)
*kenangan terakhir malam renungan AIDS Nusantara bareng mas Gunawan (ODHA).. selamat jalan mas :')

.broken home

maaf..
aku membuatmu kecewa
maaf..
aku hanya ingin jujur
sungguh,, apa yang ku tulis ini tiada dusta

maaf..
jika aku seperti ini
tapi inilah aku
sungguh, apa yang ku ucapkan padamu tiada dusta
ku tau
yang kamu cari bukan di duniaku yang maya
*aku ingin hidup yang nyata dan real
jika kamu menginginkannya..
pergilah..
kan ku titipkan rinduku pada batas senja yang menggantung disana

setiap awal
slalu ada akhir
pertemanan yang begitu singkat
namun membekas dalam sanubari
trimakasihku
untukmu.. teman dekatku
yang memberiku pelajaran
bahwa hidup tidak hanya sekedar berbuat..
tapi juga tanggungjawab
bahwa semangat dalam menjalani kehidupan slalu ada
dan lainnya..
yang tak mungkin ku ungkap disini

.slalu berharap yang terbaik untukmu, teman dekatku.

For someone-who-is-he


Dihujam dengan beribu pertanyaan
Apakah fotoku juga menghiasi dompetmu : kini
Setelah kisah itu usai
Menutup lembar ceritanya
Begitu singkat
Tak ada makna yang dapat ditangkap
Otakku kram
Memikirkan yang lalu..
Ah, tak ada guna

Dia berkata, ”untuk apa menyimpan fotonya jika bertemu orangnya masih bisa”
Ckckck..
Kamu cerdik!
Kamu jenius sayang!
Bukankah kamu menghargai mereka : dengan menyimpan fotonya
Lantas sekarang apa??

Pikiranku berseliweran..
mencari kebutuhan yang stabil untuk hal yang labil

Bolehkah aku mencicipi peran sebagai penikmat cinta sepertimu?

Aku ingin merasakan butiran pasir bergetar dalam hatiku
lalu aku akan mengambil meteran panjang untuk mengukur
seberapa besar keindahan yang kamu rasakan untuk hal yang miris
sekedar dicintai

Kamu bilang masih tidak nyaman

Seperti apalagi itu?
Apakah seperti sekotak permen asam yang tertelan di lambungmu?

aku ingin merasakan segala enzim mulai berperang diperutku
lalu aku akan menelan kertas lakmus untuk mengukur
keasamannya

dan aku akan mengerti

Sudahlah..
Terlalu banyak tentang kamu yang aku bicarakan

berdoalah semoga wanita-wanitamu itu bisa memaklumi
seperti aku
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo