“the worst part of the day is
trying to get up enough courage to go to school”
Aku pernah mengalami hal itu. Dan
itu berlangsung selama 3 tahun. Betapa tiap hari aku harus memberanikan diri
datang ke sekolah dan bertemu dengan mereka.. orang orang yang membuatku muak..
benci.. marah ketika ada di sekolah
2004
Selepas SD, aku memutuskan masuk ke
SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Entah aku tak tahu mengapa aku tak bisa masuk ke
SMP negeri. Padahal selama di SD prestasi akademikku begitu bagus. Orang tuaku gag diam begitu saja. Mereka bahkan
datang ke dinas pendidikan sidoarjo buat minta rekap nilaiku yang asli.. tapi
percuma.. seakan ‘mereka’ menutupi semua kejanggalan yang ada. Itu bukan
rahasia umum lagi disini.
Aku tak begitu mempermasalahkan
aku masuk di SMP Muhammadiyah 1 ini, menurutku dia termasuk salah satu SMP
swasta favorit di Sidoarjo dengan embel embel “high class”. Mayoritas siswanya
adalah anak –anak dengan golongan menengah keatas *bahkan sekarang kalangan
atas. Ketika aku masuk untuk pertama
kainya.. semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Sampai 1 bulan mulai berjalan
dan semuanya berubah dengan cepat.
Teman-temanku mulai menjauhiku..
aku gag tau kenapa. Hanya yang aku tau,, namaku berubah. Bukan lagi maya..
ketika aku lewat, mereka menyorakiku.. aku gag perlu repot repot untuk menyuruh
mereka menyingkir dari gerombolan antrian panjang karena mereka akan menyingkir
dahulu sebelum tubuh mereka yang ‘suci’ itu menyentuhku. Aku gag tau kenapa aku
diperlakukan seperti itu.
Dilempari bak tong sampah.. entah
itu kertas, penghapus, dompet, tas, gantungan sapu, bahkan sandal pun pernah
mampir ke badanku. Dan itu berlangsung setiap hari selama 3 tahun! Betapa aku
menahan amarah setiap hari karena aku gag bisa membalasnya. Jumlah mereka
terlalu banyak. Aku gag ngerti kenapa ada lelaki seperti mereka.. sungguh aku
teramat membenci mereka. Dan karena teramat bencinya sampai sampai aku jatuh
cinta sama rivalku sendiri.
Berpikiran buat bunuh diri juga
pernah. Bukan karena aku stress disekolah. Tapi karena pikiran konyolku ‘menghantui mereka selamanya’ dan pilihan tempatnya adalah.. di kamar
mandi. Untungnya gag jadi kulakukan
karena aku tau, aku masih punya sahabat yang setia menemaniku. Mereka yang
selalu membuatku kuat menghadapi semuanya disekolah. Mereka yang tau persis
bagaimana peristiwa bullying itu
terjadi padaku. Terutama pada sahabatku, Nikki Paramyta. Yang dengan setianya
menemaniku saat aku bener-bener down.
2007
Ketika dipenghujung SMP.. dan
UNAS siap menghadang. Mereka mendatangiku. Minta maaf atas semua kesalahan yang
telah mereka perbuat selama ini. minta maaf itu
gampang.. tapi memaafkan?? orang bilang lebih
baik memaafkan.. tapi bisakah menghilangkan trauma yang ada? bisakah
menghilangkan semua kenangan buruk itu dari ingatan?? bahkan hingga saat ini
aku masih bis mengingatnya.. di kursi itu.. di ruang itu.. semuanya. Hanya dia..
rivalku yang satu ini.. yang juga membuatku jatuh cinta setengah kamprett.. gag
pernah terucap kata ‘maaf’ darinya. Entah karena dia merasa amat bersalah atau
bagaimana aku juga gag tau.
Kalian tau, betapa aku membenci reuni yang diadakan dan aku selalu gag pernah datang kecuali jika Nikki ikut datang. Aku terlalu takut buat datang ke tempat itu dan bertemu kalian lagi. Takut dengan sikap yang akan kalian tampakkan padaku. Meskipun yang terakhir dulu, ketika aku datang dan salah seorang diantara kalian meminta maaf padaku lagi.. aku tetap terasa canggung. meskipun aku tau kita sama-sama beranjak dewasa.. tapi maaf aku masih takut.
Mengambil hikmah dari semua
kejadian itu.. aku bisa lebih kuat. Terbiasa memposisikan diriku sebagai
perempuan yang tidak bergantung sama orang lain. Membuatku lebih mandiri karena
aku bisa melakukan semuanya tanpa bantuan mereka.membuatku lebih bisa menahan emosiku yang labil. semua pelajaran yang kudapat ini ga lepas dari para rivalku.. terimakasih buat penderitaan yang kalian beri. aku mendapatkan banyak hikmah yang bisa kupetik dari semua ini (◕^◕)づ(╥﹏╥)