Sabtu, 27 April 2013

Yang Kutahu..

Hati ini begitu damai, senyuman itu membuatku sangat bahagia
Tetaplah seperti itu, maka aku akan tetap seperti ini
Yang mengagumimu sampai batas yang tak pernah ku tahu
Kebahagiaan yang sangat aku inginkan
Lihatlah bagaimana ini akan begitu sangat menyenangkan
Bisakah kamu merasakannya?
Berlari dan terus berlari, hingga tertawa melepas semua perasaan kecuali perasaan bahagia
Karena hanya itu yang kutahu saat aku melihatmu, Satria

My Dolls

*dokumentasi dihapus demi kenyamanan privasi

So, ceritanya sejak ultah kemaren, aku mutusin buat gag tidur lagi sama puma dan sheepo.. Mereka berdua adalah bonekaku yang dikasih pas aku ultah tahun-tahun sebelumnya. Alhamdulillah, kemaren gag ada yang ngasih boneka lagi hahahaha. Sebenernya gag enak tidur tanpa mereka, bukan berarti aku gag bisa lepas dari boneka, but karena mereka itu empuk dan aku suka make mereka buat ngangetin badan pas dingin :D
Belakangan ini ibuku minta tolong dengan sangat supaya boneka-bonekaku ditaruh digudang bersama boneka-bonekaku lainnya yang sudah berada digudang. Ya sudahlan.. aku taruh digudang yaahh Puma.. Sheepo.. met ngumpul sama brownie, kero, chiko, devilblack, dll ^^

Jumat, 26 April 2013

Larutku

Aku berdiri,terunduk dan terdiam.
Berkubang dalam kesepian.
Berjelaga dalam kehampaan.
Hanya mematung,beraga namun tak berasa.
Tersudut di ujung angan,tanpa mimpi dan harap.
Terbalut kekosongan yang begitu erat dan pekat.
Mengikat begitu erat hingga membuatku,
Tak mampu B.E.R.G.E.R.A.K
Mendesak begitu kuat hingga membuatku,
Tak kuasa M.E.N.G.E.L.A.K
Dan akhirnya hanya membuatku terseret arus kenangan
Saat dekap Hangat dan Tulus Senyum M.E.N.G.A.L.A.H.K.A.N. segalanya

Dan tegak berdiri di atas seluruh KEEGOISAN dan KEMUNAFIKAN.

Lalu akhirnya semua hanya jadi KENANGAN.
Meninggalkan Luka & Nestapa.
Terbalur Lara Hati & Pedih Jiwa.
Membangkitkan Isak Tangis & Derita.
AKU KOSONG,HAMPA,PEDIH
Saat Bilur-bilur Kenangan menjadi semakin Nyata.
Menegaskan segala kekosongan yang melanda.
Mengingatkan segala Keegoisan & Kemunafikan.
Yang berdiri angkuh di atas segala rasa.
Dan lalu menyisakanku entah di SUDUT ASA mana.
Mencoba mencerna apa yang ada SENDIRI...meski tanpa KENANGAN !!?!?!
KOSONG...
 

.Lentera Hati.

Rapuh

Semakin lapuk...
Namun aku tetap senantiasa melukis hadirmu pada kanvas-kanvas usang yang bergelimpangan di ruang hati,yang ku tetapkan dia sebagai singgasanamu.

Tak peduli kau tahu atau tidak.
Tak peduli kau setuju atau tidak.
Aku tetap lukiskan hadirmu yang senantiasa mengurai senyum,menebarkan suka,memapah segala gulana yang sering mengintimidasiku pada keterpurukan rasa.

Ah...mengapa waktu tidak memihakku.
Membiarkan kegersangan pada gurun yang kering.
Atau membiarkanku beku pada dinginnya kristal-kristal kutub nan menawan.
Aku hanya dapat merasaimu.
Menjilati bekas luka parut yang masih tersisa di jiwamu.
Menyirami mimpi-mimpi dengan linangan air mataku,kepedihanku.

Lantas apa yang dapat kita lakukan jika kala semakin detik semakin menua...??
Menanti...??
Usang...dan semakin usang bingkai jiwaku.
Namun asa yang tersiram rindu semakin mengakar.

Mengenggam erat di setiap bulir impian yang telah mendarah daging.
Kita hanya dapat mengisahkan pada musim.
Melantunkannya di keheningan malam.
Dan membisikkan pada raya...Ada asa,yang tak mekarkan di setiap kuncup mimpi-mimpi semesta.

.Lentera Hati.

Kamis, 25 April 2013

Percikan Marah

Dan,,,
Aku adalah percikan amarah yang menciprat dari antara masa jejakku...
Mungkin, mungkin yang takkan padam, setelah kulihat engkau meludah kearah lelangit kosong tepat diatas kepalamu,,,
Aku, adalah percikan amarah diantara masa jejak yang tertinggal di ruang dadaku...bersama segala nista lelaki masa laluku...
Kini, amarah itu sedang tersenyum dalam sinis menatap segala dilema bias bayangmu, engkau wahai lelaki ku yang berlenggok dan berlalu dengan meninggalkan segala baumu...

Maafkan baitku yang melucah durjana di setatap netramu...karna bayang masa lalu sedang dengan pongahnya menyapa tabir sepiku...maafkan aku sahabatku...

Diujung Kecup, Lelakiku

Rindu itu, diujung kecup lelakiku
Desah pun terasa begitu panjang

Aku tetap berjalan menapaki lingkaran terik,
Berharap tidak menjadi sia-sia dan berlalu
Segalanya sepi dan begitu hening
Jiwa meraba ke segala arah,
demi menemukan sebuah petunjuk
Sebuah petunjuk untuk sampai kepadamu, serta
menyingkapi segala tanya yang ada dalam pikiranmu

Lelakiku...
Aku mengikuti langkahmu dalam diamku
Dalam diam yang melengkapi segala cita dan rasa
Dan, kan ku lenakan adegan diam itu meng'iramakan
getar dentaman ruang dada yang takkan berjeda

Lelakiku…
Hanya ku ingin kau tahu, rasamu hal terbaik bagiku
Aku telah mencari dalam tiap aksara yang kutahu
Untuk satu kata
Demi sebuah gelora
Yang begitu terasa unik, dari setiap hasrat
yang mengalir bersama darah detak jantungmu
Dan, lelakiku…
Kecup jiwaku sebelum lelap malammu

Rabu, 24 April 2013

My 21 Years Old


Yuhhuuuu.. hari ini berkurang deh jatah nafasku didunia 1 tahun.. hemmm.. Disaat semua pada happy ngucapin selamat, aku malah gag happy.. biasa ajja.. So.. yang ngucapin pertama kali of course.. siapa lagi kalau bukan Satria.. Yah meskipun ngucapinnya lewat sms, tapi gag ngebayangin entah dia itu tidur masang alarm atau bela-belain gag tidur cuma buat ngucapin tepat jam 00.00.. *kayaknya agak gag mungkin mengingat dia pasti capek...but mkasiihh yahh (´⌣`ʃƪ) ♡ sementara aku mencoba untuk tidur mulai dari jam 10 sampe jam 1 pagi gag bisa tidur *kayaknya sumpek mikirin duitku yang ilang secara misterius.. hmm..(¬_¬")

Paginya pas mau berangkat ke kampus ehh lha kok ujan dereeesss banget.. mana aku ujian pagi juga.. yahh terpaksa pake mantel ke kampus. Ehh, pas nyampe bunderan Waru lha kok kering kerontang gag ada tanda-tanda hujan blas. Malah dikampus panas dengan matahari nyentrong dijendela depan kelas.. (¬_¬")
Kelar ujian, aku langsung buru-buru ke Kalibokor buat ketemu sama mbak Nia, ngambil bingkisan dari mbak Ine *mkasiii sistaa (*´∀`*).. Nyempetin buat ngobrol sama mbak Nia.. yang tentunya dia juga ultah barengan ma aku.. hahahah.. Yah.. Aku menikmati suasana rumah Kalibokor.. Sudah lama gag berkunjung kesini.. kangen aja :)..

So, on the day of my birthday, I make a wish (˘ʃƪ˘)
First, I hope my aunt missions, successfully ..
Secondly, I wish my grades this semester are all good, I quickly graduated on March 2014
Third, I hope to get a job after graduation
Fourth, I hope to get engaged and married with Satria in 2014
Fifth, I wish my grandparents could see her first grandchild married
semoga terkabul Ya Allah ,آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ

Minggu, 21 April 2013

Anak Nakal VS Anak Kutu Buku "Rajin"

 
Inilah alasan kenapa anak "nakal" cenderung lebih berhasil drpd anak "kutu buku"

Anak nakal : biasanya banyak temennya, geng2 club2 motor mobil dsb.. dan memang.. sampai kita dewasa yang kita butuhin itu koneksi buat berbisnis. dan koneksi itu datangnya dari teman2 kita..

kutu buku : coba bayangin si kutu buku, mereka tiap hari belajar, jarang bergaul, bergaul cuma sama kertas ulangan buku pena dan pensil.. saat mereka lulus sekolah dan sukses. lah mao cari bisnis kesiapa, siapa yang mao ngajak bisnis bareng...

Kesimpulan : banyak2 pergaulan rajin2 belajar, ambil keduanya dari si nakal dan si rajin

Anak nakal cenderung berani, mereka tidak takut dihukum guru, berdiri di depan kelas dihukum senyam senyum, nilai jelek ga dimasukkan ke hati (mental baja)

Kutu Buku : Terus belajar karena takut nilai jelek, kalau ulangan dapet jelek langsung keringet dingin pusing kepala, bleeggg!! pingsan

Kesimpulan : Dalam berbisnis itu selalu ada menang dan kalah, dan kalu kita liat si nakal, mereka itu lebih berani mencoba tanpa takut, dan kalau kalah atau salah ya sudah kita coba lagi..

Anak nakal lebih banyak akal buat bertahan hidup, misalnya dalam ulangan dia ga mengerti harus buat apa biar lulus, nah otak mereka dipakai buat mencari 1000 cara mencontek, dan tahu sendiri hasil dari itu semua? Mereka jadi pribadi yang kreatif dan bermental kuat ( karena mencontek itu deg2an )

Kutu Buku : Satu-satunya jalan ya belajar biar bisa nilai bagus, dan cara yang mereka pilih ya belajar, cuma 1 cara...

anak nakal cendrung lebih berani dari anak kutu buku untuk tampil didepan, walaupun apa yang disampaikannya ngaco, tapi inilah awalnya, karena didunia pekerjaan nanti kita akan dituntut untuk bisa berbicara.

kutu buku: hanya bisa belajar dan biasanya pemalu

tapi sebenernya ini balik ke diri masing-masing, kenakalan dalam hal ini bukan kenekalan yang agan-agan kenal atau alami haha, tapi kenakalan yang tau batasan , boleh nakal tapi belajar manteng teruss!!!

Sabtu, 20 April 2013

Cerita Pagi Ini


Pagi hari yang indah dengan mentari yang malu untuk menampakkan sinarnya. Menikmati sejuknya udara setelah gerimis dipagi ini menemaniku berangkat menuju kampus. Gag disangka dipagi ini aku melihatnya.. setelah sekian lama akhirnya aku melihatnya.. Dia cantik sekali.. dengan garis warna-warninya menyapu awan yang kelabu.. dialah Pelangi..
Cukup lama aku memandanginya.. Subhanallah.. indah sekali :'D. Andai aku bisa mengabadikan moment cantikmu ituu.. tapi karena terkondisi oleh kamera hp yang tidak jelas ini.. maaf yah.. pertunjukkanmu terpaksa gag diabadikan :(
Aku melihat jam, dan aku tau dia sedang tidak ingin melihatku memandangimu terlalu lama. Aku kembali melanjutkan perjalanan ke kampus. Semoga suatu hari nanti kita bertemu lagi yahh.. dan disaat itu, aku bisa mengabadikan moment indahmu..Pelangiku ^^

Kamis, 18 April 2013

Dering

 

Tidur siangku terganggu oleh suara david cook - always be my baby, nada dering HP-ku untuk panggilan masuk. Dengan malas-malasan dan setengah mata terbuka, aku meraba-raba tempat tidurku. Seingatku HP-ku kuletakkan disebelah bantalku. Yes, akhirnya ketemu juga.

Aku bangun dan mengucek-ucek mataku agar melek. Begitu mataku terbuka, aku mendapati nama itu di layar HP-ku. Sesaat keheningan terjadi. Bagaimana mungkin dia menelponku? Aku yang salah membaca nama penelpon atau dia yang salah menelpon sih? Sebuah kebingungan bersatu dalam hening.

“Assalamu’alaikum,” kuputuskan untuk mengangkat telponnya.

“Wa’alaikumsalam. Gimana kabarmu, Pang? Sehat?” jawabnya di seberang telpon.

Pang, berasal dari kata kupang. Makanan khas kotaku, Sidoarjo. Kupang adalah makanan kesukaanku yang akhirnya dia jadikan sebagai salah satu nama panggilan untukku. Ternyata dia masih ingat dengan nama itu. Mendengarnya memanggilku dengan nama keakraban kita, spontan aku membalasnya dengan Endel, nama panggilanku untuknya.

“Alhamdulillah sehat, Ndel. Ada apa ya?”

“Mmm…. Aku….”

“Aku apa?”

“Aku kangen.”

“Sama?”

“Ya sama kamu, Reng. Heran deh nih anak.” katanya dengan mantap.

Glek. Aku menelan ludah. Mendadak aku diam di tengah ketidakpercayaan. Pertama, dia mengejutkanku dengan menyebutkan nama panggilannya untukku yang lain selain Kupang, yaitu Ireng (hitam). Gak kusangka dia menggunakan nama itu untuk membangun suasana akrab kita kembali, yang sekaligus mengingatkanku akan selaksa hari kemarin. Dan yang kedua, apa-apaan itu tadi? Sebuah pengakuan akan kerinduan. Sadarkah ia ketika mengucapkannya?

“Fa, kok diem?” kali ini dia memanggil namaku yang sebenarnya.

“Kamu gak usah bercanda deh, Ndel. Mana mungkin kamu kangen aku. Kok bisa gitu loh. Gak usah ngaco deh.”

“Nih anak selalu aja kalau dikasih tau mesti ngeyel. Aku gak bercanda, Lek. Aku serius kangen sama kamu,” lagi-lagi ia memanggil nama panggilanku yang lain, Elek (jelek).

“Ya tapi kok bisa gitu loh kamu kangen aku. Aneh banget.”

“Ya mana aku tau. Namanya juga perasaan, muncul begitu aja. Aku gak bisa ngatur perasaanku. Dan sekarang, aku beneran kanget banget sama kamu. Kamu kangen juga kan sama aku, Fa?”

Aku kembali terdiam. Kali ini yang kurasakan bukan lagi bingung, melainkan emosi yang membuat dadaku bergejolak. Dalam keheningan sesaat, aku mencoba menahan perasaanku agar air bening yang menumpuk di kelopak mataku tidak jatuh dan membasahi pipiku. Aku menahan diri agar gak ada isak tangis yang ia dengar.

Dia pikir siapa dirinya? Okelah, aku bisa terima dia memanggilku apa saja. Kupang, Ireng, Elek, Zalfa, atau apapun lah terserah. Nama-nama itu yang emang mengakrabkan kita berdua selama ini. Tapi pengakuannya akan rindunya untukku, itu yang gak bisa kuterima.

Bagaimana bisa dia berucap dia merindukanku sementara ia tahu bahwa aku udah bersama seseorang yang lain? Aku bahkan udah bertunangan. Kemana dia ketika dulu aku teramat merindukannya? Jangankan hadirnya, sebuah pesan singkatnya pun aku rindu berat.

Tapi ia gak muncul. Ia menghilang entah kemana. Setelah semua hal kita lalui bersama, ia seolah tersapu hembusan angin. Lenyap bersama debu. Merindukan seseorang, mengharapkan kedatangannya, dan menerima kenyataan bahwa ia gak pernah hadir untukku bukanlah hal yang mudah. Namun aku terus mencoba. Hingga akhirnya aku bisa mengubur harapanku dengannya, meski perlahan dan menyakitkan.

Aku teringat akan kenangan hampir setahun yang lalu. Saat itu, sepulang melayat ke rumah salah seorang teman railfans, kita berboncengan. Sambil menyetir motor teman kos yang kupinjam, dia berkata, “Aku semakin gak nyaman sama pacarku, Lek. Saat ini aku malah merasa nyaman banget kalau pas sama kamu. Gimana kalau kita jadian aja? Hahaha…”

Detak jantungku seolah terhenti mendengar ia berkata begitu. Entah kalimatnya tadi serius atau hanya guyonan, yang jelas aku dibuat linglung mendengarnya. Namun setelah tersadar, aku berkata, “Males ah. Mana mungkin coba pacar pertamaku itu pacarnya orang lain. Kayak gak ada yang lain aja.”

Saat itu, jujur ada sebagian hati kecilku yang berteriak, “Mauuu… aku mau banget jadi kekasihmu, Ndel.” Sebenarnya aku juga merasa nyaman dengannya. Tapi mengingat keadaannya yang sudah memiliki tambatan jiwa, aku memilih untuk mundur. Aku gak mau dibilang perebut kekasih orang. Kalau memang dia jodohku, suatu saat dia akan kembali padaku. Setidaknya itulah yang kupikirkan saat itu.

“Aku dosa kalau kangen sama kamu, Ndel.” ujarku seraya menguatkan hatiku.

“Kok bisa gitu? Kenapa?”

“Kamu udah tau alasannya. Lagian selama ini kamu kemana? Kenapa baru sekarang kamu kangennya? Hah?”

“Aku kangen kamu udah dari dulu, Reng. Tapi tiap aku telpon kamu, gak pernah kamu angkat. Aku SMS juga gak pernah kamu bales. Sekalinya kamu bales, itu juga singkat banget. Aku beneran kangen sama kamu, Reng. Kangen banget.”

“……..” aku terdiam.

“Zalfa, sekarang kamu jujur sama aku. Kamu kangen juga kan sama aku?”

“Ndel, semuanya udah berubah. Bahkan seandainya aku juga kangen sama kamu, aku gak bisa dan gak boleh ngomong ke kamu. Seandainya aja kamu kayak gini ke aku dari dulu, sebelum aku ketemu sama orang lain.”

“Tapi bukannya kamu bilang kamu pernah suka sama aku?”

“Emang. Tapi itu dulu, sebelum kamu ngelakuin satu kesalahan yang akhirnya ngerubah hidupku. Seandainya aja kesalahan itu gak pernah ada, mungkin cerita kita bakal beda.” tuturku. Air mata yang sedari tadi kubendung kini mulai mengalir pelan tanpa isak.

“Kesalahan apa, Fa? Yang mana? Apa aku udah ngelakuin hal yang nyakitin kamu? Ngelukain hatimu? Kasih tau aku, Fa!”

“Kamu inget gak, dulu waktu kamu masih sama Rosi, kamu bilang kalau gak nyaman sama dia dan lebih nyaman sama aku? Inget, kan? Tapi setelah putus, kamu kemana? Tiba-tiba aja kamu menghilang gak tau kemana. Kamu gak ngabarin aku, gak nelpon, SMS, atau apalah. Kamu juga gak pernah muncul di fesbuk, twitter, atau dimana lah yang bisa aku cek buat sekedar tau keadaanmu. Lalu tiba-tiba aja kamu muncul lagi dan mengagetkanku. Kamu jadian sama Linda, anak komunitas pecinta kereta api asal Jogja itu.”

“………….” kali ini dia yang diam.

“Aku kecewa sama sikapmu, Ndel. Bener-bener kecewa. Apa artinya kata-katamu ke aku waktu itu? Yang kamu bilang lebih nyaman sama aku lah, apalah… Mestinya kalau kamu beneran nyaman sama aku, pas kamu putus dari Rosi harusnya kamu nyari aku, dong? Bukannya malah ngilang gak ada kabar, eh tau-tau muncul lagi dan jadian sama orang lain. Kamu bahkan gak pernah ngasih tau aku kalau kamu deket dan akhirnya jadian sama Linda.”

“Maaf, Fa. Tapi saat itu aku gak tau kalau kamu suka sama aku. Mestinya kamu ngasih sinyal-sinyal ke aku biar aku bisa tau perasaan kamu gimana.”

“Udah, aku udah ngasih. Kamu aja yang gak peka, gak bisa nangkep sinyal yang kukasih. Kamu pikir kenapa aku selalu nyempetin waktu nemenin kamu jalan tiap kamu ke Malang? Aku bela-belain minjem motor ke temen, bela-belain cepet-cepet ngerjain tugas, bela-belain keluar sama kamu padahal aku capek banget sepulang kuliah. Kamu pikir kenapa aku ngelakuin semua itu kalau bukan karena kamu? Masih kurang jelaskah sinyalku?”

“Sekali lagi maaf, Fa. Kupikir kamu emang selalu care sama siapa aja. Jadi semua tindakanmu itu kupikir cuma hal biasa, bukan sinyal-sinyal kalau kamu suka sama aku. Kamu mestinya ngasih sinyal yang lebih kuat biar aku bisa lebih ngeh sama perasaanmu.”

“Trus kamu mau yang kayak gimana? Apa menurutmu aku harus datang ke hadapanmu dan bilang, ‘Hai Wahyu Putra, aku suka lho sama kamu.’ gitu?”

Kami berdua sama-sama diam. Lalu aku memecah keheningan. Aku berkata, “Aku emang care sama siapa aja. Aku gak pernah ngebeda-bedain temen. Tapi… ah kamu gak bakal ngerti. Intinya, aku gak pernah se-care itu sama cowok sebelumnya, kecuali kamu.”

“Aku gak ngerti ini permintaan maafku yang ke berapa. Yang jelas aku minta maaf banget karena gak peka sama perasaanmu. Aku gak nyangka aja kamu pernah suka sama aku. Aku tuh nakal, urakan, mbeling, gitu lah pokoknya. Sedangkan kamu? Kamu baik, alim, sederhana, gak aneh-aneh, pokoknya beda banget lah sama aku. Jadi aku sama sekali gak terpikir kalau kamu bisa suka sama cowok macam aku. Boleh aku tau alasannya?”

“Aku nyaman sama kamu, Ndel. Saat itu cuma itu alasanku suka sama kamu. Tapi karena sikapmu itu, aku mutusin buat berhenti suka sama kamu.”

“Fa, aku emang nyaman sama kamu. Tapi ya sebatas nyaman aja. Saat itu aku gak kepikiran buat jadian sama kamu karena… ah udahlah. Lagian bukannya kamu bilang gak mau punya pacar bekas orang? Apalagi kamu belum pernah pacaran.”

“Kapan aku pernah bilang gitu? Aku bilangnya ‘aku gak mau pacar pertamaku tuh pacarnya orang.’ Jelas aja, saat itu kamu masih sama Rosi. Aku paling gak suka dibilang perebut pacar orang atau perusak hubungan orang.”

“Oke, Fa, oke. Kuakui semua ini salahku. Aku minta maaf, sayang. Tapi aku boleh kan tetep kangen sama kamu?”

“Ndel, maksud semua ini tuh apa? Katamu kamu gak suka sama aku, gak sayang sama aku. Kamu juga tau aku udah punya seseorang yang baru saat ini. Tapi kenapa kamu malah manggil aku ‘sayang’ dan bilang kalau kamu kangen banget sama aku?”

Air mata yang mengalir tanpa isak di pipiku kini bercampur emosi yang semakin menjadi-jadi. Kenapa dia begitu mempermainkanku? Apa sebegitu remehnya dia memandang perasaanku? Apa dia sama sekali gak pernah memikirkan apa yang kurasakan?

Aku benci berpikir bahwa posisiku di matanya hanyalah sebagai game bekas yang hanya dia mainkan ketika dia bosan dengan game barunya, atau bahkan ketika dia sedang menunggu game terbarunya datang. Sama seperti dulu, dia mencariku hanya ketika dia membutuhkan seseorang untuk menemani kesepiannya, menemaninya berbincang sebentar, lalu ditinggal begitu saja ketika tamu kehormatannya datang. Aku benci mengetahui sebegitu kecilnya arti kehadiranku di hidupnya.

Seandainya semua ini kisah sinetron, aku dan dia ibarat figuran dan tokoh utama pria. Sampai tamat pun, figuran hanya muncul sesekali di kehidupan sang tokoh utama. Sangat gak tau malu jika seorang figuran berharap mampu menggeser peran tokoh utama wanita agar mampu bersanding dengan tokoh utama pria. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti menjadi game kadaluarsa dan berhenti menjadi figuran di hidupnya.

Aku ingin menjadi tokoh utama wanita di kisah dramaku sendiri. Aku ingin bersanding dengan tokoh utama pria yang telah tertulis dalam skenario Allah. Bukan seorang pangeran tampan berkuda putih yang kuharapkan, melainkan seorang pria yang kuat imannya, pengertian, setia, bertanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, mengayomi, dan sangat menghargai perempuan meskipun tampilannya dibalut oleh kesederhanaan.

“Kalau suatu saat nanti aku bener-bener sayang sama kamu, gimana? Bukannya kita gak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya?”

“Kita emang gak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Aku juga gak bisa ngelarang kamu buat sayang atau kangen sama aku. Tapi aku gak bisa melakukan hal yang sama ke kamu. Kamu tau gimana aku, Ndel. Ketika aku memilih seseorang, akan senantiasa kujaga hatiku untuknya. Aku memilih satu, dan akan terus kujaga agar tetap satu, gak ada yang lain. Aku gak mau hatiku disakiti olehnya, sehingga aku berusaha untuk gak menyakiti hatinya. Maaf, Ndel.” aku memberi penjelasan.

“Iya. Pada akhirnya aku cuma bisa mengucapkan selamat buat kamu. Semoga kamu langgeng ya sama kekasihmu. Semoga dia bisa menjadi suami dan imam yang baik bagimu.”

“Amin. Makasih ya, Ndel. Aku juga berdoa semoga kamu segera dipertemukan dengan jodohmu. Seseorang yang sholehah dan bisa menjadi istri sekaligus makmum yang baik buatmu. Amin. Assalamu’alaikum.”

Aku menutup telpon. Kulihat bayangan diriku di cermin yang berada persis di depan tempat tidurku. Pipiku basah, bagian sekitar kerah kaosku juga basah oleh air mataku. Sedari tadi aku memang sama sekali gak mengusap air mataku, meski di dekat tempat tidurku selalu tersedia tisu. Kubiarkan air bening itu jatuh sebagai bukti bahwa aku mampu bertahan dengan pilihanku, meski seseorang di masa lalu mengucapkan kata rindu.

Ketika kita udah menemukan seseorang yang baru dalam hidup kita, maka bisa jadi Allah mengirimkan seseorang di masa lalu kita kembali, untuk menguji kesetiaan kita terhadap pasangan kita. Berkali-kali aku mengucapkan istighfar, memohon ampun pada Allah. Masih dengan memandang bayanganku yang gak karuan di cermin, segenggam doa terselip dalam hati kecilku.

“Ya Allah, selalu ada orang-orang yang lebih segalanya daripada pasanganku. Maka kuatkan imanku agar tak tergoda, bahkan oleh orang yang pernah kusuka. Ketika aku mulai meragu pada pasanganku, maka ingatkan aku alasan mengapa dulu aku memilihnya. Jika memang aku dan pasanganku adalah jodoh yang terpisah dan kembali Engkau persatukan dalam cinta, maka jagalah hati dan perasaan kami agar senantiasa seiring dan sejalan dalam menjalani ikatan suci yang Engkau ridhoi. Kupercayakan hidup dan matiku pada-Mu, ya Allah, sebagaimana aku percaya bahwa sebaik-baik rencana ialah rencana-Mu. Amin”

*******************

Menanti Pelangi

 

Kalau iklan di TV, teman bakal nenangin temannya yang lagi emosi dengan segelas air es yang ditaruh di dada. Tapi, kurasa temanku ga bakal sanggup meredam emosiku saat ini dengan cara itu, bahkan meski airnya disiram ke tubuhku sekalipun.

Aku terlanjur emosi dan sakit hati. Iya, aku sakit hati melihat pemandangan tepat di bawahku. Setelah sekian lama aku menunggunya yang ga juga pulang, ternyata aku malah dibuat sakit hati dengan kenyataan bahwa sebenernya dia juga sedang menunggu seseorang. Dia menunggu perempuan yang sekarang duduk di jok belakang motornya.

Sebel. Marah. Kecewa. Sakit hati. Kalau tahu gini mending aku pulang dari tadi biar ga lihat pemandangan super nyebelin ini. Panaaasss hati ini, sakiiittt. Aku yang sedari tadi dengan penuh cinta memandangnya dari lantai atas, deg-deg menghayati setiap lekuk wajahnya, ternyata harus menelan kenyataan pahit. Dia pulang, berdua.

“Udaaahhh….. Sabar aja”, kata Nanda menenangkanku.

“Sabar? Maunya, tapi susaaaahhhh….. Ya udahlah, mending sekarang pulang aja”

“Ya udah….. Tapi kamu tenangin dulu hatimu, biar nanti bisa konsen nyetir”

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Aku benci sama diriku sendiri. Aku benci kenapa aku bisa suka sama dia. Padahal kalau dipikir-pikir, dia ga ganteng. Populer juga ga. Dia bukan kapten basket, bukan ketua OSIS, bukan komandan paskib, pokoknya bukan deretan cowok top lah di sekolah.

Dia cuma anak IPA biasa yang berkulit hitam dan rajin ibadah. Dia ikut paskib, sama sepertiku. Tapi baik aku ataupun dia hanyalah senior biasa, bukan termasuk dalam jajaran pengurus organisasi yang identik dengan kedisiplinan dan PBB tersebut.

Tapi, meski begitu dia tokoh utama dalam kisahku. Dia Pangeran dalam kisah Cinderella. Yah, agak maksa emang. Karena, pada kenyataannya aku hanya Upik Abu yang ga make sepatu kaca dan harus pulang sebelum tepat jam 12 malem.

“Eh, Ndut, jangan makan mulu dong. Lihat nih lengan udah segede paha”, ujarnya seraya menyenggol lenganku sambil senyum-senyum ngejek.

Aku cuma bisa ah-uh ah-uh. Seneng juga sih bisa deket sama gebetan. Tapi benci juga karena dengan begini, saat aku merasa jarakku semakin dekat dengannya, aku jadi semakin sulit untuk menghapus bayangnya dan berhenti mencintainya.

“Biarin. Dari pada kamu, udah tinggi, item, kurus pula. Dasar botol kecap”, aku ga mau kalah meledeknya. Abis kebiasaan deh tuh anak, sukanya godain mulu.

“Ga papa yee…. Item-itemnya kecap kan item manis. Weekk”, katanya PD.

Sumpah, dalam hati sebenernya aku mengamini ucapannya. Tapi tengsin gellaaaa kalau aku mengiyakan pernyataannya barusan. Haduuhhhh….. Siang-siang berdua sama dia di pinggir lapangan, bercanda bareng sambil lihatin junior-junior latihan, berasa minum es saat dahaga bener-bener bikin kering kerongkongan.

“PD mampus. Udah, sana-sana. Bantuin yang lain ngelatih gih. Huss-huss…..”

Dia kemudian menoyor kepalaku pelan, mengambil snack di tanganku dan pergi ke tengah lapangan, bergabung dengan yang lain. Hhhhh….. Aku berusaha menetralkan detak jantungku yang sedari tadi ga karuan akibat dekat dengannya.

Ini yang aku ga suka darinya. Dia selalu baik sama aku. Aku jadi selalu punya alasan buat tetap mempertahankan perasaanku untuknya. Aku merasa punya tempat di hatinya, meskipun sedikit. Bersamanya, aku merasa nyaman, dihargai, dianggap ada. Dan, itu sangat menyenangkan. Aku ga bisa membencinya dan melupakannya jika keadaannya terus menerus seperti ini. Ga bisa. Aku ga bisa bilang ‘tidak’ sementara ‘I do really love him’.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Bosen nih, onlen facebook aja lah. Aku kemudian mengambil hape di bawah bantal dan membuka akunku lewat opera mini. Kubalas dinding-dinding yang menurutku ga basa-basi. Aku bales dinding dari Aya, temen sekelas gebetanku yang juga salah satu sahabatku.

Nafa Amilia
Sist, kenapa sih dia selalu baik sama aku? Padahal aku pengen lupain dia. Aku ga mau lagi sakit hati karenanya. Dalam diamnya, dia buat aku terluka. Aku ga mau berharap karena aku tau dia ga bisa diharapkan. Tapi kenapa dia seolah ngasih aku kesempatan? Aku benci saat hatiku selalu luluh oleh senyumnya T.T

Kukirim pesan dinding itu ke akun Aya. Tuh anak biasanya rajin onlen, paling bentar lagi juga dibales. Aku tahu curhat di fesbuk emang rawan dibaca siapapun. Tapi toh aku bukan siapa-siapa kan di sekolah? Jadi ga bakal ada yang peduli dengan setiap curhatku di dinding Aya ataupun di setiap status-statusku.

Cahaya Kumalasari
Kurasa dia baik sama semuanya. Mungkin kamu aja yang ngartiin kebaikannya dengan terlalu PD dan menganggap bahwa perhatiannya cuma untukmu. Ayolaahhh sista, buka mata. Mencintai itu ga bisa dihindari, tapi sakit hati itu pilihan.


Bener dugaanku, dia langsung bales. Tapi apa bener yang dibilang Aya barusan? Kalau sebenernya aku yang terlalu mengartikan kebaikannya dengan penuh percaya diri, yang salah dalam menerjemahkan setiap simpul senyumnya.

Oke, anggep aja Aya bener. Tapi ga peka kah si Hitam itu selama ini? Sebenernya dia nyadar ga sih selama ini dia udah nyuri separuh hatiku? Kalau iya, bukankah tindakannya dengan bersikap baik terhadapku adalah berbahaya karena bisa kusalahartikan sebagai wujud lampu hijau untukku? Tapi kalau ga, kenapa dia membuatku mengartikan kedekatan kami sampai sejauh ini? Dia buat aku merasa nyaman di dekatnya, menaruh harap padanya padahal kami hanya teman biasa, ga lebih dan ga kurang.

Huwaaaaaa…… Aku benci jatuh cinta. Sangat benci. Benci merasa sakit dan cemburu saat dia bersama perempuan lain. Benci merasa punya setitik harapan bahwa aku punya jatah khusus di hatinya. Benci merasa deg-degan saat ada di dekatnya. Benci merasa menjadi orang paling kudet karena ga tahu berita terbaru tentangnya. Dan, teramat benci merasa sedih saat tahu bahwa aku hanya bermimpi bisa menjangkaunya, terlebih meraihnya.

Nafa Amilia
Sakit hati itu pilihan? Iya juga sih. Kadang aku juga merasa kayak gitu. Aku kadang suka mikir kalau selama ini aku yang salah menerjemahkan setiap tingkahnya, aku yang kepedean merasa punya tempat di hatinya. Padahal, aku tahu dia baik ga cuma ke aku. Aku tahu dia hanya memosisikan aku sama seperti teman-teman yang lainnya. Tapi aku bisa apa? Aku mencintai dengan hati, hati yang tersakiti karena pilihanku sendiri :’(

Cahaya Kumalasari
Hwalaaahhhh….. cupcup, sist, jangan nangis dong. Air matamu terlalu berharga buat nangisin dia. Heran deh, padahal dia ya biasa-biasa aja. Tapi kok banyak yang suka yah? Ya kamu, ya si ini, si itu. Walahdalaaahhhh……

Air mataku terlalu berharga yah? Tapi, aku ga bisa kalau ga nangis. Aku emang cengeng. Masalah gini aja bikin mata sembab. Ayoo dong Nafaaa…… cari lelaki lain dan lupakan si Botol Kecap sialan itu. Buang jauh-jauh dia dari otak, buaaaanggg.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

“Eheeemmm…… Ram, udah bel empat. Pulang, Ram, pulaaaanggg. Heheheh”, goda Aya saat lewat di depan cowok yang sukses ngehancurin hatiku berkeping-keping, mengambil puing-puingnya dan menatanya kembali, lalu menghancurkannya lagi dan seterusnya.

Dia cuma senyum-senyum aja menanggapi godaan Aya dan kembali bercengkrama dengan mantannya. Huhh….. Kok jadi deket lagi sih mereka berdua? Apa jangan-jangan mau balikan yah? Semoga aja iya. Paling ga, itu bisa memudahkanku melupakannya.

“Rama lagi berdua tuh sama Shinta di depan kelas. Tadi kugodain. Hahahaha”, kata Aya saat udah di sampingku, duduk di bawah pohon depan kelasnya.

“Iya, tahu kok. Tau tuh, mau balikan lagi mungkin. Bagus deh kalau iya”

“Kok bagus? Ga cemburu nih?”

“Ya bagus. Paling ga kan dengan balikannya mereka, itu bisa bikin aku gampang lupain Rama. Aku bakal semakin mudah ngapus jejaknya. Mungkin, Rama emang ditakdirin buat Shinta, bukan buat Nafa”, ujarku hopeless.

Aya mengelus pundakku, memberi kalimat-kalimat motivasi. Tapi aku terlanjur putus asa. Aku hanya salah satu dari sekian perempuan yang menaruh rasa padanya. Aku tahu ada yang juga sedang merasakan sakitku ini. Tapi, aku terlalu egois untuk berpikir bahwa ga cuma aku yang patah hati atas Rama.

Shinta, anak IPA sebelah kelas Rama. Dia kecil, cantik, lembut dan berwajah inosen. Huhh…. menjengkelkan. Mungkin itu yang bikin dia spesial di mata Rama. Dia terlihat lemah dan Rama, dengan penuh kepahlawanan, bakal selalu ada buat Shinta untuk menolongnya.

Sedangkan aku siapa? Aku cuma anak IPS yang gendut dan ga punya prestasi apa-apa. Aku emang bisa dekat sama Rama, tapi aku ga bisa menangin hatinya dan menjadi orang teristimewa di hidupnya. Mungkin di matanya, aku hanya teman satu organisasi yang paling ajib dibuat bahan ledekan, paling enak digodain dan diejek-ejek.

Tapi, bukannya cinta itu untuk semua orang? Trus, apa salahnya kalau orang gendut jatuh cinta? Kurasa itu bukan hal ajaib seperti besi terapung di air. Lagian, aku juga ga gendut-gendut banget aahh. Haduh….. Kenapa sih aku jatuh cinta sama orang yang salah?

Rama Adiputra. Ga, ga ada yang salah dalam dirinya. Dia baik, dia tekun beribadah dan selalu murah senyum sama siapa aja. Tapi, ada satu hal yang membuatnya bersalah, sangat bersalah. Dan kesalahan terbesarnya itu adalah membuatku jatuh cinta padanya sementara dia memuja Hawa lain dan bukan aku.

Ini berat, sangat berat. Perasaan cinta sebelah hati yang entah disadari atau ga oleh yang kukagumi setengah mati. Aku ga bisa terus-terusan ngarep ga jelas kayak gini. Aku tau pintu hatinya ga bakal terbuka untukku. Tapi kenapa aku ga bisa lekas pergi? Kenapa aku masih mematung disana dan berharap dia bakal bukain pintu itu untukku suatu saat nanti?

Iya, aku tahu aku bodoh. Aku mengharap yang udah jelas ga bisa diharapkan. Aku mencintai lelaki yang udah jelas mencintai perempuan lain. Tapi sejujurnya perasaanku selama ini terhadapnya adalah karena dia ga benar-benar menutup rapat pintu itu. Dia buka sedikit dan ngasih aku celah untuk melihat sedikit isi hatinya. Dia hanya membiarkanku mengintip dari celah itu, tapi ga pernah sekalipun memberiku izin untuk masuk, singgah, apalagi menetap di dalamnya untuk selamanya.

Ini semua emang salahku. Aku yang begitu bodoh karena menganggap bahwa dia memberiku celah adalah untuk mengujiku apakah aku termasuk orang yang sabar menunggu sehingga pantas untuk masuk ke dalam. Aku berusaha sabar demi pintu itu, demi memenangkan hatinya. Tapi nyatanya apa? Aku sama sekali statis di posisi yang sama.

“Kadang, aku merasa lelah dengan rutinitas cinta sialan ini. Aku lelah patah hati dan merasa pedih. Aku lelah merasa tersakiti seorang diri. Aku ingin lepas, dari penat, dari sakit yang menggores perih. Tapi, separuh hati masih ga rela kalau aku menyerah begitu aja. Masih ada sisa tenaga untuk berjuang meraih cintanya. Ga tau lah, Ya. Aku benci kayak gini terus-terusan”, curhatku dengan mata yang berusaha nahan tangis.

“Kenapa kamu ga berusaha naksir cowok lain aja? Siapa tahu dengan begitu kamu bakal lupa sama Rama”, saran Aya.

“Naksir cowok lain dan bertepuk sebelah tangan lagi? Percuma, Ya. Percuma naksir cowok lain kalau bikin luka baru. Luka yang ini aja belum kering dan ga tau kapan bakal bener-bener sembuh. Huhuhu”

“Iya juga sih. Tapi kalau kulihat, Rama tipe cowok yang susah jatuh cinta. Tapi sekalinya suka, dia bakal sayang banget sama ceweknya”

“Iya. Tapi sayangnya cewek beruntung itu bukan aku”

“Hoalaaahhh, Naf. Kita tuh emang bener-bener senasib yah. Aku juga gitu sama kak Fikri. Aku naksir dia setengah idup, eh dia-nya malah cuek bebek kwek-kwek. Aku sebel mampus saat lihat dia pacaran ala film India, apalagi pas ujan. Aku masih inget banget waktu itu dia mayungin pacarnya pake jaket ijonya padahal aku tahu itu jaket kesayangannya. Coba aku yang jadi mbak Ophie waktu itu, beuhhh…..”

“Tapi kamu masih mending sekarang udah ga ketemu lagi, jadi gampang lupainnya. Nah aku, tiap hari ketemu. Secara satu sekolah, meskipun beda kelas”

“Iya sih, Naf. Tapi sebenernya, semua berawal dari niat. Dulu, aku terus terbayang kak Fikri karena aku merasa bahwa dialah satu-satunya yang kusebut CINTA. Tapi sekarang, aku mulai mengerti bahwa cinta itu timbal balik, bukan seorang diri dan menyiksa hati. Maaf, ga bermaksud menyinggung”, kata Aya dewasa, padahal dia lebih muda dariku.

Cinta itu timbal balik? Tunggu-tunggu. Bukankah cinta ga mengharap balasan? Cinta hanya memberi tanpa berharap diberi. Wah, Aya salah mengartikan cinta. Tapi, kalau kata-kata Aya salah, lalu disebut apakah perasaanku saat ini? Kalau kubilang aku cinta Rama, semestinya aku ga berharap dia membalas cintaku kan?

Tapi nyatanya aku berharap, sangat berharap. Aku ingin dicintai oleh orang yang sangat kucinta, aku ingin dipedulikan oleh orang yang sangat kupedulikan. Aku ingin perasaan ini terbalas, ga kayak gini, bertepuk sebelah hati.

Grrrr….. Mereka berdua beranjak dari tempatnya, berjalan berdua menuju parkiran. Saat melewatiku dan Aya, mereka sempat menyapa. Aku hanya bisa tersenyum, dipaksa oleh keadaan. Kemudian, tanpa kedip arah pandangku mengikuti mereka. Yap, Shinta dengan anggunnya naik di boncengan Rama. Tuhaaannnn….. Kenapa bukan aku yang duduk di jok motor Rama? Kenapa harus Shinta? Kenapaaaaaa?
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

“Heyy, Naf”, sapa Rama sambil menyenggol pundakku dari belakang.

“Apa sih, Ram? Sakit tahu”, aku pura-pura manyun.

“Emang masih kerasa? Hahahhah”, ledeknya.

“Kurang ajar. Kamu tuh kebiasaan deh kayak gitu”

Kebiasaan yang lagi-lagi bikin aku merasa punya tempat di hatinya padahal ga. Aku sebel kalau udah kayak gini. Aku takut semakin kecebur jauh ke dalam perasaan cinta terhadapnya. Aku takut semakin susah melupakannya. Huwaaaaa…….

Kadang, saat saking jengkelnya aku sama Rama karena ga ngeh tentang perasaanku, aku pengen banget ngutarain isi hatiku. Sekalian aja, biar lega nih hati. Tapi logikaku angkat bicara. Emang bener kalau cinta itu soal hati, tapi tetep aja logika kudu dipertimbangkan. Sekarang posisiku adalah sebagai seorang cewek. Masa ya aku nembak dia? Bukan masalah diterima atau enggaknya, tapi masalah muka.

Sejak jaman pertama kali manusia diciptakan, ga ada ceritanya Hawa yang nembak Adam. Bahkan dalam dunia pewayangan, ga ada kisah Srikandi jujur tentang perasaannya ke Arjuna. Okeehh katakanlah sekarang jaman emansipasi, tapi tetep aja aku merasa bahwa perempuan sebaiknya menunggu untuk urusan itu, bukan mengejar dengan semangat 45. Bukankah selama ini kumbang yang selalu mencari bunga?

Aku benci Rama yang selalu baik dan menggodaku. Aku benci berharap. Tapi sikapnya terhadapku itu looohhh….. Kalau dia terus-terusan bertingkah seperti itu, rasa ini bakal semakin terpupuk untuknya. Akar-akar cinta bakal semakin menjalar dan semakin kuat tumbuh di dasar jiwaku dan akan semakin sulit kucabut karena diperhatikan dan dianggap ada itu menyenangkan. Huhuhuhuhu T.T
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Aku menangis, lagi. Memandang langit-langit kamar yang berwarna putih. Gilaaa….. Cuma mikirin cowok item kurus itu aja aku bisa sampai kayak gini. Huhuhu….. Dia ga terlalu tinggi buat dijangkau, tapi tetep aja aku ga bisa meraihnya. Dan, kenyataan bahwa aku bahkan sama sekali ga bisa menyentuh hatinya adalah teramat menyakitkan. Dari awal udah kubilang bahwa dia sederhana. Istilahnya, kita sekasta. Mimpiku buat dicintai olehnya juga rasanya masih masuk akal. Aku dan dia bukan itik buruk rupa dan pangeran angsa putih.

Aku merasa aku dan dirinya hampir tak berjarak. Dekat, hangat. Tapi sayangnya, hanya sehangat kasih sesama teman, bukan sesama insan. Kalau di televisi, seorang perempuan jelek miskin bakal dapet jodoh yang ganteng dan supertajir. Trus, si Jelek tadi jadi sangat cantik saat buka kacamata, ngubah gaya rambut dan sedikit dipoles dengan make up. Kemudian, dia sukses ngambil hati si eksekutif muda dan mereka saling jatuh cinta lalu hidup bahagia selamanya. Yahh….. seorang Sudra yang saling cinta dengan Brahmana. Huuhhh….. Cerita terskenario yang menjual mimpi, ga nyata. Sinetron banget, lebay.

Beda dengan kisahku, kisah nyata. Aku ya aku, yang tetep aja ga bisa berubah jadi Luna Maya cuma karena bedak yang ditebelin kayak kulit badak. Aku juga bakal tetep jadi Nafa Amilia meski aku potong rambut model apapun, bahkan botak sekalipun.

Padahal, aku bukan pungguk dan dia bukan bulan. Tapi kenapa sesulit ini meraihnya seperti pungguk merindukan bulan? Padahal mestinya ga kayak gini. Mestinya aku bisa menjangkaunya, mestinya aku sanggup meraihnya. Tapi nyatanya aku ga bisa.

Aku ga bisa duduk di singgasana tertinggi hatinya. Aku ga bisa jadi orang yang dia sebut namanya dalam setiap doanya. Aku ga bisa. Layaknya bintang dan dewi malam, kami dekat, sangaaattt dekat. Tapi sejatinya, keduanya takkan pernah bisa bersatu. Langit fajar dan mentari pagi akan selalu menjadi penghalang.

Air mata ini terus mengalir tanpa isak. Ruang kamar sempit ini semakin sesak dipenuhi kenangan-kenangan tentangnya. Kenangan manis saat bercanda bareng, saling ledek, ngelatih paskib bareng dan sebagainya antara aku dan dia. Hanya aku dan dia. Tapi, kenangan pahit saat muncul orang ketiga yang merusak kisahku dan aku tahu, dia adalah orang pertama dalam kisah Rama. Bayang-bayang saat Rama memboncengnya dan bercengkerama penuh keceriaan saat bersama Shinta menggeliat-liat hampir di setiap sudut kamarku.

Aku masih menangis. Sakit mengingat bahwa Rama hanya mencintai Shinta, bukan Nafa. Mungkin, seandainya ada tokoh Rahwana, aku bakal berkoalisi dengannya merebut cinta masing-masing pujaan kita. Hahhahaha aku gila karena cinta. Yaahhh….. cinta yang bertepuk sebelah tangan, tepatnya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

From : AYA.aya wae
Pulang sekolah jadi beli kado buat Rama?


To : AYA.aya wae
Gtw, masih bingung. Enaknya dibeliin apa ya? Yg sekiranya spesial dan bikin dy selalu inget sama aku. Aku ga mau kadoku garing dan kerasa biasa aja, aku mau yg beda dan selalu diinget sama dy.

From : AYA.aya wae
Apaaa yaaa? Sarung atau qur’an kecil mungkin? Biar dy selalu inget Tuhan.

To : AYA.aya wae
Sistaaaa….. Rama ultah, bukan sunatan. Kado apa ya yg spesial dan ga bakal terlupa?

From : AYA.aya wae
Ini ada rekomendasi dari beberapa temenku.
1. Kalau mau yg murah dan unforgettable, ajak dia makan trus tumpahin minuman di bajunya. Dijamin ga bakal terlupa tapi resikonya km ga dianterin pulang sama dy.
2. Kasih kaos. Kalau dipake berarti dy suka, kalau ga ya jangan diambil lagi J
3. Buatin kue. Yg simpel aja kayak pisang bakar, kasih pagi-pagi, bilang aja buat sarapan. Biasanya yg bikin sendiri bakal punya nilai lebih. Tapi cari tahu juga dy suka pisang apa ga. Jangan biarkan kue buatanmu berakhir di mulut rakus temannya.
4. Ajak dy jalan seharian, a day together gitulah. Nonton, main, pokoknya have fun berdua. Bukan benda sih emang, tapi memorinya bakal susah keapus.
5. Udah deh. Kayaknya cukup segitu aja :)

To : AYA.aya wae
Kalau kue, aku ngasihnya gimana? Tengsin bawain sekotak makanan buat dy. Kentara banget aku naksir dy.


From : AYA.aya wae
Kalau ga mau ngasih langsung, kirim lewat pos. Sekalian aja bunga sama surat cinta.

To : AYA.aya wae
Lebay, sinetron gelllaaa. Huhu bingung aku. Aku pengen bikin dy terkesan, bikin aku punya nilai plus di matanya. Aku pengen ngasih kado spesial.


From : AYA.aya wae
Kado spesial itu ga dilihat dari bendanya, tapi dari yg ngasih. Semahal apapun kadonya, kalau yg ngasih ga spesial ya tetep aja kerasa biasa.


To : AYA.aya wae
I know it’s true T.T

Aku tertegun baca SMS Aya yang terakhir. Aku sedemikian bingungnya mikirin kado apa yang cocok dan pas buat kukasih ke Rama sebagai tanda perhatianku terhadapnya di saat 18 tahun usianya. Tapi aku lupa bahwa aku bukan siapa-siapa di hatinya. Apapun kado yang bakal kukasih nantinya, pasti ga jauh beda nilainya sama kado dari temen-temen lainnya.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Beberapa minggu kemudian….. Aku masih mencintainya, sangat mencintainya. Aku bosan dengan lisan yang selalu mengucapkan kalimat yang sama setiap topik pembahasannya adalah Rama. Tapi aku sendiri kewalahan harus bagaimana untuk menyingkirkan perasaanku ini terhadapnya. Aku jadi inget SMS goblokku ke dia beberapa hari yang lalu.


To: RAMAsyaallah
Ram, bisa minta tolong ga? Mulai besok km jahatin aku ya. Pokoknya km ketusin aku, cuekin aku, jangan baikin aku. Plis, jauhin aku L


From: RAMAsyaallah
Hah? Km ngomong apa sih? Ga usah ngaco deh.


To: RAMAsyaallah
Udah deh ga usah banyak tanya. Pokoknya turutin aja. Yaahhhh plissss T.T


From: RAMAsyaallah
Ogah ah. Alasan km geje.


Tuh kaaannn…… Masa aku harus bilang ‘Jauhin aku atau aku bakal terus sakit hati karena mencintaimu’. Kan ga mungkin. Aku mau kita berdua jauh, bahkan saling ga kenal. Aku udah kehabisan cara buat melupakannya. Jujur, aku ga pengen membencinya. Aku cuma ingin menghapus jejaknya, itu aja. Tapi kenapa susaaaaahhhh?

“Ya, kalau kayak gini terus-terusan, aku bisa gila”, tukasku saat jam istirahat.

“Jangan mau dong jadi gila. Cukup aku aja yang gila karena lebay naksir kak Fikri. Tapi, untungnya sih sekarang udah sembuh. Hehe”, kata Aya sambil makan chocolatos.

“Aku bingung harus gimana lagi buat melupakannya. Bahkan, kemarin-kemarin aku sampai SMS dia, minta supaya dia jauhin aku. Tapi dia ga mau, katanya alasanku geje”

“Melupakan itu cuma masalah waktu. Yang susah itu merelakan”

“Merelakan yah?”, tanyaku dengan muka sedih, sama seperti langit yang sedang kelabu. Mendung gelap, ga bersahabat. Tinggal nunggu waktu buat turun hujan.

“Iya. Susah buat rela mengakhiri cerita cinta tentangnya. Susah buat rela melepas dia bersama perempuan lain. Aku bisa ngomong kayak gini karena kamu tahu aku pernah mengalaminya. Mulanya emang sulit, bahkan sampai sekarang pun tetep ga mudah. Kadang aku juga kangen dia malah. Tapi kemudian aku sadar bahwa aku salah ga mau melepasnya karena aku bahkan sama sekali ga pernah menggenggamnya”

Lagi-lagi ucapan Aya mengena tepat di hatiku yang sedang terkoyak. Dan, hatiku semakin terkoyak saat aku melihat Rama dan Shinta duduk berdua tak jauh dari tempatku. Rasanya aku pengen menutup mata hatiku. Cukup mata tubuhku yang melihat roman picisan mereka, jangan menjalar ke hati dan kembali membuatnya sakit.

Aya melihatku dengan tatapan keheranan, kemudian dia mengikuti arah pandangku dan mengerti. Lalu dia elus pundakku dan menguatkanku. Dia bilang, “Sabaaarrr. Biarkan angin merubah mendung menjadi hujan. Tapi percayalah, surya akan merubahnya menjadi pelangi tujuh warna yang jauh lebih indah. Kuatkan hatimu, sist”.

Daaannn….. hujan benar-benar turun. Mendung udah ga kuat lagi menahan terpaan angin. Semua pada berlarian masuk ke kelas, ada juga yang berdiri di koridor menyaksikan bulir hujan jatuh dengan keroyokan. Aku dan Aya juga demikian. Aku nebeng neduh di kelasnya. Yang bikin nyesek, Rama menggandeng tangan Shinta, mengajaknya berlari kecil menuju kelas dengan muka khawatir si perempuan bakal kenapa-kenapa, seolah hujan air adalah hujan meteor yang berbahaya.

“Aku ga kuat kalau terus disini. Aku balik ke atas yah”, ujarku sedih, hopeless.

Di tengah jalan balik ke kelas, saat aku sedang menapaki tangga, ada SMS dari Aya. Bukan, bukan SMS yang ngompor-ngompori akan kemesraan Rama dan Shinta, tapi sebuah puisi sederhana yang menambah semangatku dalam menghadapi ini semua, menghadapi kisah cinta berat sebelah. Aku suka dua kalimat terakhirnya. Aku boleh jadi hanya figuran di hidup Rama, tapi aku adalah tokoh utama dalam kisahku sendiri.


From : AYA.aya wae
Aku hanya perlu menunggu seseorang,
yang akan mencintaiku sepenuh hati dan membuatku mencintainya setengah mati.
Bukan pangeran berkuda putih, bukan juga selebriti dari negeri mimpi.
Tapi seseorang yang dalam kesederhanaannya meyakinkanku,
bahwa akulah tulang rusuknya yang hilang selama ini.
Dia akan datang, pasti.
Mungkin ga sekarang, tapi nanti.
Bukan tidak akan, tapi hanya belum.

Sabtu, 13 April 2013

Semester Galau Tingkat Dewa (ง╥﹏╥)ง


gag nyangka sekarang udah menginjak semester 6 yang berarti *Insya اَللّهُ  aku bisa lulus di semester 7.. amin  ya اَللّهُ (˘ʃƪ˘).. tapi ternyata menuju jalan ke semester 7 itu gag gampang.. penuh perjuangan alias harus bertemu dengan 9 mata kuliah setiap minggunya dan juga tugas-tugas yang super luar biasa sampai bikin terharu mewek-mewek*halah kyak apa aee hahah.. dan cukup membuat migren kambuh dan mabuk secara sadar dalam mengerjakan tugas-tugas ini ..hmmm
dan puncaknya sebelum UTS ini.. yah seharusnya seminggu ini adalah minggu tenang yang dipersiapkan buat menghadapi ujian *ehh,, minggu pengganti dinkk T^T. dan faktanya kita pada gag tenang karena tugas yang wooww sesuatuu yah.. hampir semuanya disuruh buat semacam paper, proposal, yang rata-rata mulai dari bab 1-bab 3. Alhamdulillah yaa sesuatu.. Apalagi kemarin aku slah ngerjakan yang berakhir membuat ulang dan itu artinya aku membuat 3 paper .. waawww mantapp kann.. dan belum lagi 1 paper itu bisa sampe 30an halaman.. bayangin betapa sengsaranya printerku.. *maaf yahh printeerrr ;(
kemaren malam udah heboh-hebohnya anak-anak di situs sosial facebook, *gag tau yee klo di twit.. aku gag update ma twit hahah.. pertamanya sempet sumpek gara-gara yang aku kerjain terlalu bnyak sekali..
  • *dokumentasi dihapus demi kenyamanan privasi
    seperti itulah.. sekiranya kegilaan kita menghadapi tugas tugas yang membandel.. hahaha.. alhasil.. kebanyakan gag ngerjakan malah keenakan update status fb yang gag jelas hanya untuk sekedar refreshing sejenak mengingat mengerjakan latar belakang saja lamanya lumayan buat perut mulas.. diaree.. mual. muntah *apa hubungannya coba 
    untuk itu,, mari sejenak berdoa agar semua yang kita hadapi dan perjuangkan ini, akan mendapatkan hasil yang setimpal dengan perjuangan kita alias gag ada yang ngulang dan dapet nilai A semua.. Amin
    ya اَللّهُ (˘ʃƪ˘) yeppp... sepertinya begitu

Senin, 08 April 2013

Aku anak RAJIN yang terlalu KERAJINAN *ngookkk =,=


Malem ini mendadak badmood buangettt!! Bayangin aja yah, paper yang udah aku buat mulai Jumat kemarin (sekarang hari Senin) dengan penuh perjuangan bahkan sampe rela tidur jam 1 jam 2an dan adekku pun ikut bantuin bacain buku buat referensi dengan setumpuk buku referensi dan akhirnya menghasilkan 32 halaman yang AKU KETIK SENDIRI!! ingat.. Aku KETIK SENDIRI alias gag COPAS mameenn..Keriting dah tangan.. Dan hari ini baru dapet pengumuman setelah kemaren-kemaren aku koar-koar 'Haloooo.. seminar ada tugas buat paperkan buat UTS??" tapi tanggapan temen-temenku adalah "Gag Ada jangan ngaco deh kamu zah". Tau pengumumannya adalah, seminar gag ada ujian tapi tugas dengan TEMA dari judul yang dipresentasikan. Sumpah.. rasanya langsung lemes.. kudu marah aja ma anak-anak yang dari kemaren aku koar-koar gag ada yang ngereken! dan setelah paperku jadi baru ada pengumuman ini!! 
Jelaslah aku ngomel-ngomel dan anak- anak cuma bilang, 'duh kamu sih jadi anak kerajinan" berapa anak yang bilang aku anak rajin.. hoaahhh.. bahkan sampe comment FB ku pun dibilang.."loh emgx udah dsuruh dr dl t? kq km udh jadi papernya......zee ank rajinnn..... :)"
ASTAGAAAAA!! bukan aku yang kerajinan rek.. tapi KALIAN yang MALAS! Udah dijelasin dari awal kontrak perkuliahan dulu kan kalo ada tugas individu buat UTS bikin proposal dengan format : kerangka berfikir, Bab I, Bab II, Bab III dengan topik pertemuan 1- 6 dipilih salah satu.. Masih ada rek dicatetanku.
Maaf kalo aku bilang seperti itu, tapi aku bukan orang yang suka nunda-nunda kerjaan. Maaf juga kalo aku terlalu rajin dimata kalian coz gag pernah telat.. gag pernah bolos..  bahkan aku dibilang bukan mahasiswa karena saking rajinnya =='
Maaf yoo reekkk.. Maaf kalo sifat rajinku ini mengganggu kalian.. T^T
 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo