Jumat, 18 Januari 2013

Commitment

Sepulang dari posko, mendadak berpikir.. apakah komitmen yang aku ambil ini benar? Mengingat keputusan dan tentu saja komitmen yang aku buat dengan Satria. Ya,, aku rasa benar. Entah kenapa, aku hanya yakin ini jalan yang diberikan dan ditunjukkan Allah SWT kepadaku.. mengingat tentang teori yang selalu aku kagumi.. –the right man at the right time at the right place-
Keputusanku ini yang terbaik :)

Banyak hubungan yang patah hilang dan berganti karena tidak memiliki komitmen.

“I love her because of the way she treats me”
“I love him because of the way he makes me feel”
“I love her because she’s so beautiful”
“I love him because he falls on my feet with roses and jewels”

Orang sering mendasari cinta atas hal-hal yang dianggap indah. It may sound romantic dan melakukan hal tersebut bukan sesuatu yang salah. However, sometimes things get too romantic that we often hear people say it in a cinema, with us eating popcorn and shush-ing rude people.

Jarang dari mereka (dan mungkin kita sendiri) berpikir :
“I love her because of the way she treats me”
> what happens if she stops treating you the way you love?
“I love him because of the way he makes me feel”
> then what happens if he stops making you feel that way?
“I love her because she’s so beautiful”
> three weeks later, a bus hit her.
“I love him because he falls on my feet with roses and jewels”
> out of the blue, he’s broke that he couldn’t buy you roses and jewels anymore.

Jarang ada yang mengatakan :
“Saya sayang  dia karena Allah SWT”

Itulah komitmen. Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang  takut menghadapinya.

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang istri untuk pergi jauh melihat baik dan buruknya suami. Menerima ketika dia sedang tampan dan menerima juga mana kala dia sedang menguap dengan jeleknya saat bangun pagi.

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang suami ketika mengetahui seorang wanita lain mengajaknya berselingkuh dan dia memilih pulang ke rumah untuk makan malam dengan istri dan berbagi kisah sambil tertawa.

Sebuah makhluk bernama komitmen-lah yang membuat seorang ayah tidak malu kepada rekan kerjanya dan berkata,”Kenalkan ini anak saya, dia sedang melakukan proses rehabilitasi.. and I’m proud of him.”
Aku yakin sang anak akan menitikkan air mata karena betapa banyak orang tua yang marah, malu, dan mengekspresikan kemarahan dan rasa malu itu dengan menampar sang anak. Padahal jika dirunut dari awal, banyak anak menjadi pemadat justru karena kurangnya peran orang tua dari awal.

Apa yang kurang dari awal?
Komitmen memberi perhatian.
Komitmen menjadi orangtua.

That’s how far a commitment will take you

I love you because Allah SWT.” That’s a powerful sentence, right there.

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dulu, atau mendadak miskin.

Will you still love them?

That’s why you need commitment.

Don’t love someone because of what/how/who they are.

From now on,
Start loving some one,

Because Allah SWT



0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo