Senin, 17 Maret 2014

Maafkan Anakmu,, Ayah.. Ibu..

1. sendiri sering kusesali betapa rapuh jiwa dan rasa | amarah mengalir dalam darah bersama syaitan dalam nadi

2. darahmu adalah darahku, dagingmu juga dagingku | namun seringkali murka mengambil alih akal pikirku

3. perlahan namun pasti sang waktu akan merebutmu dariku | sesaat lagi namun kesadaran itu kerap kulupakan sengaja

4. tak selamanya rasa takut mampu mendidik dan membimbing | satu saat tanganmu lebih kuat dan lebih kokoh dariku

5. bukankah ini saat bagiku mendekatimu? saat engkau memerlukanku? | karena pasti ada masa engkau melangkah dan berbuat sendiri

6. menuntunmu melihat bukit dan menuruni lembah | mengajarimu sebelum orang lain mengajarimu

7. menitipkan bagian demi bagian perjuangan ini padamu | karena aku tahu beban ini lebih banyak dari sisa umurku

8. aku hanya wasiatkan keyakinan yang teguh dan tak lekang | dengannya kau bakal pindahkan kapal melewati gunung

9. sebagaimana engkau dipanggil nantinya begitulah aku dipanggil | satu saat nanti engkau akan melihat apa yang aku lihat

10. harapan besar itu yang terkadang memaksaku terburu-buru | aku tahu ini bukan bebanmu tapi aku bersikeras mengajarimu

11. aku tak sekuat itu namun aku ingin engkau lebih kuat dariku | aku hanya sisa zaman sementara engkau harapan dan penerusku

12. hanya maaf yang terucap yang kuharap bisa megganti | setiap pedih dan duka yang kusebabkan bagimu tiap kali

13. ingatanku membeku pada tiap dekapan saat memapahmu | sampai kapanpun aku akan menerima kekuranganmu

14. aku mencintaimu karena Allah | dan bila aku harus serahkan sisa nafas untuk membimbingmu | dengan senang hati aku relakan


#Ust. Felix Siauw

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo