Tuhan...
aku menemukannya..
seseorang yang selama ini aku cari
semuanya ada dalam dirinya
sungguh awal pertemuan kita yang tak terduga
tapi entah mengapa itu semua seperti skenario film
skenario-Mu
dan aku meminta pada-Mu..
tolong dekatkan aku dan dia
Tuhan...
Engkau mengabulkan keinginanku itu..
dengan segala cara-Mu yang bijak
kami semakin akrab
dan aku semakin mengaguminya
tapi aku tau...
dia tak mengenal 'pacaran'
dan yang dia cari bukanlah orang sepertiku..
aku tau..
Tuhan...
sungguh dia lelaki yang berbeda
dan aku tak tau apa yang harus aku ungkapkan
dia terlalu sempurna
meskipun ku tau..
tak ada manusia yang sempurna di dunia ini..
namun bagiku.. dia sempurna
Tuhan...
sekarang kami semakin menjauh
dan ku tau.. dia menyukai seseorang
aku tak tau siapa gadis itu..
tapi satu yang pasti..
sungguh dia gadis yang amat sangat beruntung bisa mendapatkan hatinya
dan aku..???
aku tidak marah
aku tidak cemburu
aku bukan siapa-siapanya kan???
tak ada hakku berbuat seperti itu padanya
aku bahagia jika dia bahagia
dan berharap..
pilihannya adalah pilihan yang tepat
"mungkin kau bukan yang bisa kumiliki, selamanya..
mungkin kau hanya akan menjadi mimpi, selamanya.."
Tuhan
awalnya kukira dia takdirku
namun bila pada akhirnya dia untuk yang lain..
bisakah Engkau memberiku pengganti yang lebih baik darinya??
sekali lagi..
aku memohon pada-Mu, Tuhan..
kabulkanlah..
Kamis, 24 November 2011

Senin, 21 November 2011
Dia Bukan Aku
akhirnya
dirimu lelah menggapaiku
sudah ku katakan.. ku takkan bisa
sekeras apapun kau berusaha.. tetap takkan bisa
bukankah begitu?
pergilah..
kembalilah padanya..
dia lebih segalanya dariku
dia yang cantik
dia yang shalehah
dia yang pintar
dia yang lembut
dia yang keibuan
dia..
dia..
dan dia..
bukankah begitu?
aku ikhlas
aku rela
karna ku tau aku hanya pijakan sementara
menopangmu ketika terjatuh
dan ketika kau bangkit,, kau kan pergi begitu saja *bukankah begitu?
kuharap
kau bahagia dengannya
karna yang kau cari adalah dia, bukan aku
dirimu lelah menggapaiku
sudah ku katakan.. ku takkan bisa
sekeras apapun kau berusaha.. tetap takkan bisa
bukankah begitu?
pergilah..
kembalilah padanya..
dia lebih segalanya dariku
dia yang cantik
dia yang shalehah
dia yang pintar
dia yang lembut
dia yang keibuan
dia..
dia..
dan dia..
bukankah begitu?
aku ikhlas
aku rela
karna ku tau aku hanya pijakan sementara
menopangmu ketika terjatuh
dan ketika kau bangkit,, kau kan pergi begitu saja *bukankah begitu?
kuharap
kau bahagia dengannya
karna yang kau cari adalah dia, bukan aku

Kamis, 27 Oktober 2011
Aku datang..
aku datang
dalam alunan sendu
merindukannya.. yang lama tak kujamah
hingga gersang
hingga kering
panas menjalar disekujur tubuhnya
ilalangpun mati dibuatnya
aku datang
namun kini kian tak pasti
dampak global warming *kata mereka
namun juga tak bergeming
hanya sekedar lewat
tanpa ada tindakan pasti..
aku datang
tanpa perlu kau memanggilku
dengan seabrek kesyirikan disana..
padahal aku tetap akan datang
tanpa mereka memanggilku
aku hanya mengikuti skenario Sang Pencipta..
aku datang
ketika Dia mengijinkanku
membasahi bumi sesudah matinya
menjadikannya hijau
memberi kesejukan ditengah panas menggelegar
memberimu minum dengan kedatanganku
lalu segala macam tumbuhan tumbuh dengan hadirku
dan hadirku membuat kalian gembira..
.aku adalah hujan.
dalam alunan sendu
merindukannya.. yang lama tak kujamah
hingga gersang
hingga kering
panas menjalar disekujur tubuhnya
ilalangpun mati dibuatnya
aku datang
namun kini kian tak pasti
dampak global warming *kata mereka
namun juga tak bergeming
hanya sekedar lewat
tanpa ada tindakan pasti..
aku datang
tanpa perlu kau memanggilku
dengan seabrek kesyirikan disana..
padahal aku tetap akan datang
tanpa mereka memanggilku
aku hanya mengikuti skenario Sang Pencipta..
aku datang
ketika Dia mengijinkanku
membasahi bumi sesudah matinya
menjadikannya hijau
memberi kesejukan ditengah panas menggelegar
memberimu minum dengan kedatanganku
lalu segala macam tumbuhan tumbuh dengan hadirku
dan hadirku membuat kalian gembira..
.aku adalah hujan.

Minggu, 23 Oktober 2011
Karna ku tahu..
disaat ku mulai lelah
menanti datangnya senja
menyulam sepi..
merajut sunyi..
demi setetes kasih putih
aku tak dapat mengerti
apa yang ku rasa
saat ku lihat senyummu
meskipun kau tak mengenalku
tlah ku coba tuk hapuskan khayal semua tentangmu
saat kau hadir dalam mimpiku
mungkin ini satu makna terbaik untukku
namun kecewa ku dapat saat melihatmu melangkah
seraya menggenggam tangannya
seandainya ku bisa memilikimu
meski hanya sebatas mimpi indah
yang takkan mungkin jadi nyata
karna ku tau..
dirimu saat ini tlah berbahagia dengannya
menanti datangnya senja
menyulam sepi..
merajut sunyi..
demi setetes kasih putih
aku tak dapat mengerti
apa yang ku rasa
saat ku lihat senyummu
meskipun kau tak mengenalku
tlah ku coba tuk hapuskan khayal semua tentangmu
saat kau hadir dalam mimpiku
mungkin ini satu makna terbaik untukku
namun kecewa ku dapat saat melihatmu melangkah
seraya menggenggam tangannya
seandainya ku bisa memilikimu
meski hanya sebatas mimpi indah
yang takkan mungkin jadi nyata
karna ku tau..
dirimu saat ini tlah berbahagia dengannya

Sabtu, 22 Oktober 2011
Aku Kesepian
aku mencari cinta yang hilang
dalam sudut kosong hatiku
aku kesepian
tanpa ada yang menemaniku..
aku mencari cinta yang hilang
hilang entah kemana
tapi kuyakin
suatu saat cinta itu kan datang
disudut kosong hatiku
aku merasa hampa
hanya hitam dan putih menyapa
ku ingin pelangi menghiasinya
kelak suatu saat nanti
aku kesepian
aku itik buruk rupa
slalu sendiri
kesepian
tiada yang menemaniku
mereka bilang aku berbeda
aku bukan angsa yang cantik seperti mereka
tak pantas aku bersama mereka.. *para angsa putih
aku ingin sekedar punya teman
hanya untuk saling berbagi
belajar menghormati dan menghargai orang lain
sesama makhluk Tuhan..
dalam sudut kosong hatiku
aku kesepian
tanpa ada yang menemaniku..
aku mencari cinta yang hilang
hilang entah kemana
tapi kuyakin
suatu saat cinta itu kan datang
disudut kosong hatiku
aku merasa hampa
hanya hitam dan putih menyapa
ku ingin pelangi menghiasinya
kelak suatu saat nanti
aku kesepian
aku itik buruk rupa
slalu sendiri
kesepian
tiada yang menemaniku
mereka bilang aku berbeda
aku bukan angsa yang cantik seperti mereka
tak pantas aku bersama mereka.. *para angsa putih
aku ingin sekedar punya teman
hanya untuk saling berbagi
belajar menghormati dan menghargai orang lain
sesama makhluk Tuhan..

Ada badai disana..
terbaring ku di sudut kamar
menatap tembok putih tanpa noda
pikiranku berkecamuk
ada badai di dalam sana
*emosi klimaks
tertahan beberapa saat
lalu mereda
hanya terdiam
menahan amarah
lagi-lagi terdiam
sungguh aku ingin melawannya
pemberontakan beralasan
aku muak!
melihat orang-orang yang ku sayangi tersakiti
sungguh kesabaranku ada batasnya
andai aku boleh melawan kodratku
namun aku tak mau
melangkah ke jurang durhaka
bisakah kita berdamai?
bisakah kau memahamiku?
tidak perlu saling menyalahkan
cari solusi
tapi tetap saja
.setali tiga uang.
tidak berubah
terbaringku disudut kamar
menatap tembok putih tanpa noda
lagi-lagi
tetap diam. .
menahan badai didalam sana
menatap tembok putih tanpa noda
pikiranku berkecamuk
ada badai di dalam sana
*emosi klimaks
tertahan beberapa saat
lalu mereda
hanya terdiam
menahan amarah
lagi-lagi terdiam
sungguh aku ingin melawannya
pemberontakan beralasan
aku muak!
melihat orang-orang yang ku sayangi tersakiti
sungguh kesabaranku ada batasnya
andai aku boleh melawan kodratku
namun aku tak mau
melangkah ke jurang durhaka
bisakah kita berdamai?
bisakah kau memahamiku?
tidak perlu saling menyalahkan
cari solusi
tapi tetap saja
.setali tiga uang.
tidak berubah
terbaringku disudut kamar
menatap tembok putih tanpa noda
lagi-lagi
tetap diam. .
menahan badai didalam sana

Jumat, 21 Oktober 2011
Cukup!
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah mencintainya
mencintainya terlalu dalam
dalam sanubariku hanya ada dia
dia yang telah membuatku jatuh cinta *at the first sight
dia juga yang membuatku patah hati
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah mempertahankannya
mempertahankan dia *nyatanya sia-sia
aku didepaknya begitu saja
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah membelanya
membelanya ketika ia diremehkan
namun ia justru menganggapku tidak berusaha
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah dengan semua kemunafikkan ini
aku terlanjur sakit
sakit yang amat sangat
mungkin ia bercanda
tapi bagiku tidak
ku nyatakan selamat
selamat kau berhasil menusukku dengan sadisnya
selamat kau membuatku terluka teramat dalam
selamat kau membuatku menangis
selamat. .
selamat. .
cukup sudah
untuk kesekian kalinya kukatakan
cukup sudah
cukup atas semua yang telah kau beri padaku
mungkin aku akan pergi
dan takkan menemuimu lagi
.Trimakasih
.selamat tinggal.
aku terlalu lelah
lelah mencintainya
mencintainya terlalu dalam
dalam sanubariku hanya ada dia
dia yang telah membuatku jatuh cinta *at the first sight
dia juga yang membuatku patah hati
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah mempertahankannya
mempertahankan dia *nyatanya sia-sia
aku didepaknya begitu saja
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah membelanya
membelanya ketika ia diremehkan
namun ia justru menganggapku tidak berusaha
cukup sudah
aku terlalu lelah
lelah dengan semua kemunafikkan ini
aku terlanjur sakit
sakit yang amat sangat
mungkin ia bercanda
tapi bagiku tidak
ku nyatakan selamat
selamat kau berhasil menusukku dengan sadisnya
selamat kau membuatku terluka teramat dalam
selamat kau membuatku menangis
selamat. .
selamat. .
cukup sudah
untuk kesekian kalinya kukatakan
cukup sudah
cukup atas semua yang telah kau beri padaku
mungkin aku akan pergi
dan takkan menemuimu lagi
.Trimakasih
.selamat tinggal.

Rabu, 19 Oktober 2011
Harta bukanlah segalanya
hingar bingar dentum musik berlari tak beraturan
lampu-lampu bergoyang erotis..
dalam gemerlap dunia malam
para hedon saling bercumbu
mereguk kenikmatan sesaat
*kenikmatan semu
dan lainnya..
meneguk manisnya alkohol
*melupakan masalah by pass
bahagiakah?
sementara itu
para tikus korup sibuk memperebutkan uang
rakus. .
tamak. .
fokus utama hanyalah harta. . kekayaan. .
entah itu halal atau haram
enyahlah!
ketika dunia tak lagi damai
ketika manusia hanya melihat segalanya dari harta. .
bahagiakah??
bahagiakah mereka dipecundangi oleh hedonisme?
harta tak dibawa mati
harta juga perlu dipertanggung jawabkan
.harta bukanlah segalanya.
.buat seorang dosen yang memberi ku inspirasi :)
lampu-lampu bergoyang erotis..
dalam gemerlap dunia malam
para hedon saling bercumbu
mereguk kenikmatan sesaat
*kenikmatan semu
dan lainnya..
meneguk manisnya alkohol
*melupakan masalah by pass
bahagiakah?
sementara itu
para tikus korup sibuk memperebutkan uang
rakus. .
tamak. .
fokus utama hanyalah harta. . kekayaan. .
entah itu halal atau haram
enyahlah!
ketika dunia tak lagi damai
ketika manusia hanya melihat segalanya dari harta. .
bahagiakah??
bahagiakah mereka dipecundangi oleh hedonisme?
harta tak dibawa mati
harta juga perlu dipertanggung jawabkan
.harta bukanlah segalanya.
.buat seorang dosen yang memberi ku inspirasi :)

Selasa, 18 Oktober 2011
Menantinya
sendiri..
hanya ada aku disini
menunggu datangnya dia..
seorang teman
mungkin hanya sebatas khayal
*karna ku tak pernah punya dia
sendiri
hanya ada aku disini
hening..
detik termakan menit yang rakus
jam pun tak kuasa melahap menit yang menggoda
berulang-ulang..
entah berapa lama ku menunggu
hening dengan setia menemaniku
sendiri..
hanya ada aku disini
tak kunjung ia datang. .
jam pun tertawa melihatku
*hey, kau sia-siakan waktu nak
aku mendengus kesal
dan jam pun semakin terbahak-bahak
sendiri
hanya ada aku disini
mungkin..
dia kan datang
dilain waktu
akupun tersenyum
masih ada hening yang setia menemaniku
hanya ada aku disini
menunggu datangnya dia..
seorang teman
mungkin hanya sebatas khayal
*karna ku tak pernah punya dia
sendiri
hanya ada aku disini
hening..
detik termakan menit yang rakus
jam pun tak kuasa melahap menit yang menggoda
berulang-ulang..
entah berapa lama ku menunggu
hening dengan setia menemaniku
sendiri..
hanya ada aku disini
tak kunjung ia datang. .
jam pun tertawa melihatku
*hey, kau sia-siakan waktu nak
aku mendengus kesal
dan jam pun semakin terbahak-bahak
sendiri
hanya ada aku disini
mungkin..
dia kan datang
dilain waktu
akupun tersenyum
masih ada hening yang setia menemaniku

Senin, 17 Oktober 2011
Hey kau
hey kau..
si hitam manisku sayang
ku suka body aduhaimu..
sexy..
ramping. .
dan uuhh. .
buatku tak tahan tuh menyentuhmu
hey kau
si hitam manisku sayang
dimana dirimu kini
lelah ku mencari dalam penantian bodoh
stiap sudut ku jelajah
namun hampa
tak ku temukan dirimu disana
hey kau
si hitam manisku sayang
tak taukah kubutuh dirimu
*dirimu candu. .
tak inginkah kau bertemu denganku
aku rindu..
hey kau
si hitam manisku sayang
inginku memeluk body sexymu. .
membiarkanmu menari striptease disana. .
bergeliut manja padaku. .
meninggalkan
secercah nodamu
*sesuatu yang kuinginkan
dan mari kita slesaikan ini bersama
hey kau
si hitam manisku sayang..
dimana
dimana
dapat ku temukan dirimu..
.bolpointku.
si hitam manisku sayang
ku suka body aduhaimu..
sexy..
ramping. .
dan uuhh. .
buatku tak tahan tuh menyentuhmu
hey kau
si hitam manisku sayang
dimana dirimu kini
lelah ku mencari dalam penantian bodoh
stiap sudut ku jelajah
namun hampa
tak ku temukan dirimu disana
hey kau
si hitam manisku sayang
tak taukah kubutuh dirimu
*dirimu candu. .
tak inginkah kau bertemu denganku
aku rindu..
hey kau
si hitam manisku sayang
inginku memeluk body sexymu. .
membiarkanmu menari striptease disana. .
bergeliut manja padaku. .
meninggalkan
secercah nodamu
*sesuatu yang kuinginkan
dan mari kita slesaikan ini bersama
hey kau
si hitam manisku sayang..
dimana
dimana
dapat ku temukan dirimu..
.bolpointku.

Minggu, 16 Oktober 2011
Tuhan, aku ingin....
Tuhan, aku tau aku bukan miliknya
Tuhan, aku tau hatinya bukan untukku lagi
Tuhan, aku tau perasaannya padaku tlah hilang
Tuhan, aku tau dia tlah bersama yang lain
Tuhan, aku cemburu melihatnya dengan yang lain
Tuhan, aku benci dia dengan yang lain
Dosakah aku, Tuhan?
Tuhan, bolehkah dia untukku lagi *seperti yang dulu
Tuhan, aku ingin cintanya hanya untukku
Tuhan, aku ingin sayangnya hanya untukku
Tuhan, aku ingin setianya hanya untukku
Tuhan, aku ingin senyumnya hanya untukku
Tuhan, aku ingin tatapan matanya
hanya untukku
Tuhan, aku ingin genggaman tangannya yang kuat hanya untukku
Tuhan, aku ingin peluk hangatnya hanya untukku
aku ingin..
aku ingin..
aku ingin..
Tuhan, adakah dia untukku lagi??
Tuhan, aku tau hatinya bukan untukku lagi
Tuhan, aku tau perasaannya padaku tlah hilang
Tuhan, aku tau dia tlah bersama yang lain
Tuhan, aku cemburu melihatnya dengan yang lain
Tuhan, aku benci dia dengan yang lain
Dosakah aku, Tuhan?
Tuhan, bolehkah dia untukku lagi *seperti yang dulu
Tuhan, aku ingin cintanya hanya untukku
Tuhan, aku ingin sayangnya hanya untukku
Tuhan, aku ingin setianya hanya untukku
Tuhan, aku ingin senyumnya hanya untukku
Tuhan, aku ingin tatapan matanya
hanya untukku
Tuhan, aku ingin genggaman tangannya yang kuat hanya untukku
Tuhan, aku ingin peluk hangatnya hanya untukku
aku ingin..
aku ingin..
aku ingin..
Tuhan, adakah dia untukku lagi??

Tertidur Pulas
aku ngantuk
terkantuk-kantuk
tapi tugas menumpuk
deadline smakin dekat
kian mencekat
memaksaku berpikir keras
memuntahkan segala kreatifitas yang terganjal di otak
apa ini?
apa apaan ini?
tak ada ide cemerlang
gagasanpun lenyap melebur asa
kuputar otak
dan kurangkai ide-ide yang basi
mendaur ulangnya..
deadline smakin dekat
kian mencekat
ah.. inilah yang sempurna
gabungan daur ulang ide basi
namun bukanlah uthopia..
ini nyata..
bukan maya lagi..
dan aku mewujudkannya!
great job *memuji diri sendiri
tersenyum puas!
aku ngantuk
terkantuk-kantuk
dikursi lapuk
membebaskan kantuk
.tertidur pulas.
terkantuk-kantuk
tapi tugas menumpuk
deadline smakin dekat
kian mencekat
memaksaku berpikir keras
memuntahkan segala kreatifitas yang terganjal di otak
apa ini?
apa apaan ini?
tak ada ide cemerlang
gagasanpun lenyap melebur asa
kuputar otak
dan kurangkai ide-ide yang basi
mendaur ulangnya..
deadline smakin dekat
kian mencekat
ah.. inilah yang sempurna
gabungan daur ulang ide basi
namun bukanlah uthopia..
ini nyata..
bukan maya lagi..
dan aku mewujudkannya!
great job *memuji diri sendiri
tersenyum puas!
aku ngantuk
terkantuk-kantuk
dikursi lapuk
membebaskan kantuk
.tertidur pulas.

Sabtu, 15 Oktober 2011
Kan Ku Renda Hari
ketika terkapar aku.. dimeja operasi
kusangka.. semua terhenti sampai disini
sangsikan.. bulan tersenyum dimalam hari
sangsikan.. mentari menyapa di esok pagi
tak ada airmata dipipi.. tak ada tangis dihati
mungkinkah hatiku tak utuh lagi..?
Tuhan.. ku mohon lagi.. dan lagi
biarkan aku merobek hari.. izinkan aku menunggu matahari
jangan biarkan lara menghampiri.. aku ingin slalu berarti
meski hidup tak pasti lagi.. bahkan harapan mengering basi
trimakasih Tuhan.. masih Kau beri aku kesempatan
kan ku renda dan ku hiasi lembaran panjang hari-hariku
dengan hal yang bermanfaat untukku.. untuk keluargaku.. untuk lingkunganku..
dan terlebih lagi, untuk-Mu, Tuhanku..
.for all survivor cancer
kusangka.. semua terhenti sampai disini
sangsikan.. bulan tersenyum dimalam hari
sangsikan.. mentari menyapa di esok pagi
tak ada airmata dipipi.. tak ada tangis dihati
mungkinkah hatiku tak utuh lagi..?
Tuhan.. ku mohon lagi.. dan lagi
biarkan aku merobek hari.. izinkan aku menunggu matahari
jangan biarkan lara menghampiri.. aku ingin slalu berarti
meski hidup tak pasti lagi.. bahkan harapan mengering basi
trimakasih Tuhan.. masih Kau beri aku kesempatan
kan ku renda dan ku hiasi lembaran panjang hari-hariku
dengan hal yang bermanfaat untukku.. untuk keluargaku.. untuk lingkunganku..
dan terlebih lagi, untuk-Mu, Tuhanku..
.for all survivor cancer

Cepatlah sembuh, pasien-pasienku
dinding sunyi saksi bisu
tak pernah lelah berdiri termangu
setia menemani hari sibukku
diatas meja seorang pasien terkapar pasrah
dibawah cahaya lampu menyorot ramah...
aku dokter bedah.. tunduk pada sumpah
tanganku terlatih.. mengiris kulit.. menyibak jaringan.. menjepit pembuluh darah
lapis demi lapis.. kusingkap.. hingga ku dapat
jaringan tumor ganas menatapku tak ramah
bentuknya bagai akar ilalang senja yang meranggas
simpulnya mencengkram.. menyusup jauh.. ke segala arah dia merambah
lewat aliran darah, selnya berpindah
kubabat habis.. tak kusisakan.. walau ia menyeringai marah
kututup luka walau dari selang masih mengalir darah..
aku dokter spesialis bedah kanker
sedikit banyak pasien wanita memandangku angker
jahitan operasi membekas lara
padahal masih tersisa..
dapat ku mengerti.. bisa kurasa
tubuh yang indah.. berkurang pesonanya
maafkan doktermu.. pasien-pasien tercinta
ku tak bermaksud melukai.. apalagi menambah derita
mohon jangan berputus asa
ku hanya mengenyahkan si kanker celaka
sambil ku titipkan sebaris doa
semoga ini terjadi hanya sekali saja
segeralah sembuh.. songsong dan nikmati mentari senja
memohon dan bersyukur kepada Sang Pencipta !!
.for all survivor cancer
tak pernah lelah berdiri termangu
setia menemani hari sibukku
diatas meja seorang pasien terkapar pasrah
dibawah cahaya lampu menyorot ramah...
aku dokter bedah.. tunduk pada sumpah
tanganku terlatih.. mengiris kulit.. menyibak jaringan.. menjepit pembuluh darah
lapis demi lapis.. kusingkap.. hingga ku dapat
jaringan tumor ganas menatapku tak ramah
bentuknya bagai akar ilalang senja yang meranggas
simpulnya mencengkram.. menyusup jauh.. ke segala arah dia merambah
lewat aliran darah, selnya berpindah
kubabat habis.. tak kusisakan.. walau ia menyeringai marah
kututup luka walau dari selang masih mengalir darah..
aku dokter spesialis bedah kanker
sedikit banyak pasien wanita memandangku angker
jahitan operasi membekas lara
padahal masih tersisa..
dapat ku mengerti.. bisa kurasa
tubuh yang indah.. berkurang pesonanya
maafkan doktermu.. pasien-pasien tercinta
ku tak bermaksud melukai.. apalagi menambah derita
mohon jangan berputus asa
ku hanya mengenyahkan si kanker celaka
sambil ku titipkan sebaris doa
semoga ini terjadi hanya sekali saja
segeralah sembuh.. songsong dan nikmati mentari senja
memohon dan bersyukur kepada Sang Pencipta !!
.for all survivor cancer

Biarkan Aku Bicara
aku.. tumor ganas lebih populer disapa kanker
sisihkan sekelumit ruang.. hingga sanggup kurangkai kata
ulah dari canggihnya teknologi ciptaan manusia
aku makin terkenal seantero jagat
buah dari rekayasa produk farmasi
aku semakin beringas menjaga eksistensi
ku tak pernah meminta.. ku harus ada
ku tak pernah mengerti.. ku punya hobi membelah diri
ku tak pernah mengira.. ku tumbuh cepat berlipat ganda
yang ku tahu.. namaku tak disuka
yang ku tahu.. hadirku membuat petaka
yang ku tahu.. ku hanya mengikuti goresan pena.. skenario Sang Pencipta
duhai tubuh manusia.. tempatku bermanja
sesungguhnya kita sama.. engkau menderita.. aku sengsara
coba renungkan sejenak.. dimasa ketika..
..tangan terampil dokter.. dengan pisau bedahnya.. menyayat dan memotong habis tubuh indahku
..radiasi yang bengis.. membakar hangus mimpi-mimpiku
..kemoterapi yang kejam.. meluluhlantahkan harapanku
..imunoterapi yang pongah.. tertawa bangga.. melumat habis generasiku
mengapa kita tak berdamai saja.. wahai manusia
sambut dan hadapi.. pabila kuhampiri
lewati dan lalui.. semua lorong protokol terapi
kerahkan antibodi.. perkuat diri
sambil berlutut.. bersujud.. rebahkan diri
rentangkan hati.. biar luruh dalam dekapan ILAHI.. Yang Maha Kuasa
jadikan aku alasan.. untuk menjenguk beranda SURGA
.for all survivor cancer
sisihkan sekelumit ruang.. hingga sanggup kurangkai kata
ulah dari canggihnya teknologi ciptaan manusia
aku makin terkenal seantero jagat
buah dari rekayasa produk farmasi
aku semakin beringas menjaga eksistensi
ku tak pernah meminta.. ku harus ada
ku tak pernah mengerti.. ku punya hobi membelah diri
ku tak pernah mengira.. ku tumbuh cepat berlipat ganda
yang ku tahu.. namaku tak disuka
yang ku tahu.. hadirku membuat petaka
yang ku tahu.. ku hanya mengikuti goresan pena.. skenario Sang Pencipta
duhai tubuh manusia.. tempatku bermanja
sesungguhnya kita sama.. engkau menderita.. aku sengsara
coba renungkan sejenak.. dimasa ketika..
..tangan terampil dokter.. dengan pisau bedahnya.. menyayat dan memotong habis tubuh indahku
..radiasi yang bengis.. membakar hangus mimpi-mimpiku
..kemoterapi yang kejam.. meluluhlantahkan harapanku
..imunoterapi yang pongah.. tertawa bangga.. melumat habis generasiku
mengapa kita tak berdamai saja.. wahai manusia
sambut dan hadapi.. pabila kuhampiri
lewati dan lalui.. semua lorong protokol terapi
kerahkan antibodi.. perkuat diri
sambil berlutut.. bersujud.. rebahkan diri
rentangkan hati.. biar luruh dalam dekapan ILAHI.. Yang Maha Kuasa
jadikan aku alasan.. untuk menjenguk beranda SURGA
.for all survivor cancer

Tak Pernah Ada
aku berusaha..
telah berusaha..
akan adanya rasa itu di dalam hati
namun tak bisa
meskipun kamu berbuat apapun untukku.. tetap tak bisa..
kukatakan..
kamu berhasil. .
berhasil merebut hatinya *bukan hatiku
kamu lolos
dalam semua tes yang ku beri.. kamu lolos..
namun 1 yg masih membuatku bimbang.. dan itu amat sangat fatal.. andai kau tahu!
hatiku bimbang.. ini bohong.. ada sesuatu dibalik ini
tapi apa?
apa??
aku mencari.. trus mencari..
tapi, ah sudahlah
berusaha meyakinkan diri..
jika kamu yang terbaik
kuberi 1 tantangan lagi tanpa kamu sadari..
kamu gagal
dan inilah yang menjawab semua keraguanku
mungkin ini salah
aku juga tak tau
apa yang kamu rencanakan sesungguhnya
teka-teki ini mulai terkuak..
tak merasakah kamu aku mulai menjauh??
hanya mengikuti permainan yang kamu buat..
seakan semuanya sempurna..
ini hanyalah gelembung..
*sempurna diluar.. tapi kosong didalam
berharap kamu tau.. TAK PERNAH ADA rasa cinta itu untukmu.. dan beruntung aku tak memilikimu
telah berusaha..
akan adanya rasa itu di dalam hati
namun tak bisa
meskipun kamu berbuat apapun untukku.. tetap tak bisa..
kukatakan..
kamu berhasil. .
berhasil merebut hatinya *bukan hatiku
kamu lolos
dalam semua tes yang ku beri.. kamu lolos..
namun 1 yg masih membuatku bimbang.. dan itu amat sangat fatal.. andai kau tahu!
hatiku bimbang.. ini bohong.. ada sesuatu dibalik ini
tapi apa?
apa??
aku mencari.. trus mencari..
tapi, ah sudahlah
berusaha meyakinkan diri..
jika kamu yang terbaik
kuberi 1 tantangan lagi tanpa kamu sadari..
kamu gagal
dan inilah yang menjawab semua keraguanku
mungkin ini salah
aku juga tak tau
apa yang kamu rencanakan sesungguhnya
teka-teki ini mulai terkuak..
tak merasakah kamu aku mulai menjauh??
hanya mengikuti permainan yang kamu buat..
seakan semuanya sempurna..
ini hanyalah gelembung..
*sempurna diluar.. tapi kosong didalam
berharap kamu tau.. TAK PERNAH ADA rasa cinta itu untukmu.. dan beruntung aku tak memilikimu

Jumat, 14 Oktober 2011
Benar-Benar Pergi
aku merindukanmu..
merindukan dirimu yang dulu..
yang kini tertutup kabut
bahkan tak kuasa lagi aku menyentuhmu..
tak kuasa lagi aku melihat wujudmu. .
tak kuasa lagi aku mendengarmu berkeluh kesah..
tak kuasa..
tak kuasa..
tak kuasa lagi diriku atas dirimu. . *setelah dia pergi..
aku yang memintanya pergi
aku yang menginginkan dirimu benci padaku
berharap agar dilupakan..
*sungguhkah?
andai kau tau..
aku tersiksa berpura-pura jahat padamu
aku benci terlihat dekat dengan lelaki lain hanya agar membuatmu membenciku
aku sakit dengan smua itu!!
benar, dia pergi
bahkan tak menyisakan sedikitpun untukku.
ku mencari.. trus mencari..
dalam stiap sel-sel ditubuhku..
..nihil..
dia pergi..
sungguh
benar-benar pergi
merindukan dirimu yang dulu..
yang kini tertutup kabut
bahkan tak kuasa lagi aku menyentuhmu..
tak kuasa lagi aku melihat wujudmu. .
tak kuasa lagi aku mendengarmu berkeluh kesah..
tak kuasa..
tak kuasa..
tak kuasa lagi diriku atas dirimu. . *setelah dia pergi..
aku yang memintanya pergi
aku yang menginginkan dirimu benci padaku
berharap agar dilupakan..
*sungguhkah?
andai kau tau..
aku tersiksa berpura-pura jahat padamu
aku benci terlihat dekat dengan lelaki lain hanya agar membuatmu membenciku
aku sakit dengan smua itu!!
benar, dia pergi
bahkan tak menyisakan sedikitpun untukku.
ku mencari.. trus mencari..
dalam stiap sel-sel ditubuhku..
..nihil..
dia pergi..
sungguh
benar-benar pergi

Kamis, 07 Juli 2011
Mujahidah dari Bumi Jihad
Aku Wanita Mujahidah Sejati…
Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki yang berjihad..
Bilakah kan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad..
Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad..
Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya..
cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah
Aku rela berkelana mengembara dengannya lindungi Dienullah
Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah
Tak mungkin ku pilih dirimu.. .bila dunia lebih kau damba…
Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam..
Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia…
Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku…
Bulat tekadku untuk menemanimu…
Aku Wanita mujahidah pilihan…
Yang mengalir di nadiku darah lelaki yang berjihad…
Bilakah khan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu`an…
Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad…
Andai tak siap bisa kau pilih…
Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik,
terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku…
terlebih keluh kesahku…
Tak mungkin aku memilihmu…
bila yang fana lebih kau cinta…
Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota…
lezatnya makanan dan lajunya makar durjana…
Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu…
dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu…
Meniti jalan panjang di medan jihad…
Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah…
serta debu yang beterbangan,
keringat luka dan kesyahidan pun terulang…
Jika masih ada ragu tertancap dihatimu…
Teguhkan `azzam`ku tuk lupa akan dirimu…
Aku wanita dari bumi Jihad…
Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad…
Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan…
tepiskan semua mimpi yang tak berarti…
Adakah yang siap mendamaikan Hati ??
Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri…
tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan…
Yang melepasku dengan selaksa do`a…
meraih syahid… tujuan utama…
Robbi… terdengar panggilanMu tuk meniti jalan ridhoMu…
Kuharapkan penolong dari hambaMu… menemani perjalanan ini…
Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki yang berjihad..
Bilakah kan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad..
Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad..
Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya..
cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah
Aku rela berkelana mengembara dengannya lindungi Dienullah
Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah
Tak mungkin ku pilih dirimu.. .bila dunia lebih kau damba…
Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam..
Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia…
Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku…
Bulat tekadku untuk menemanimu…
Aku Wanita mujahidah pilihan…
Yang mengalir di nadiku darah lelaki yang berjihad…
Bilakah khan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu`an…
Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad…
Andai tak siap bisa kau pilih…
Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik,
terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku…
terlebih keluh kesahku…
Tak mungkin aku memilihmu…
bila yang fana lebih kau cinta…
Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota…
lezatnya makanan dan lajunya makar durjana…
Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu…
dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu…
Meniti jalan panjang di medan jihad…
Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah…
serta debu yang beterbangan,
keringat luka dan kesyahidan pun terulang…
Jika masih ada ragu tertancap dihatimu…
Teguhkan `azzam`ku tuk lupa akan dirimu…
Aku wanita dari bumi Jihad…
Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad…
Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan…
tepiskan semua mimpi yang tak berarti…
Adakah yang siap mendamaikan Hati ??
Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri…
tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan…
Yang melepasku dengan selaksa do`a…
meraih syahid… tujuan utama…
Robbi… terdengar panggilanMu tuk meniti jalan ridhoMu…
Kuharapkan penolong dari hambaMu… menemani perjalanan ini…

Rabu, 25 Mei 2011
Telegram dari Surga
Sesuatu yang paling indah adalah masa kecilku yang nakal
Saat itu ibu dan bapakku sangat menyayangiku
Setiap malam sambil mengusap-usap rambutku,
Ibu membacakan dongeng si kancil
Agar aku lekas tidur
Agar aku tidak kesiangan tuk berangkat ke sekolah
Sesuatu yang paling tak terlupakan
Saat itu jarum jam dinding rumah sakit menunjukkan pukul 10 pagi
Aku baru saja minum anti retroviral dengan segelas air putih
Anehnya aku melihat kakek dan nenekku yang sudah meninggal lima tahun yang lalu berdiri di depan pintu kamarku
Mereka tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya
Ada apa ini???
Mengapa ku lihat sendiri tubuhku terbujur kaku
Apa yang terjadi denganku??
Kulihat ibu dan saudara-saudaraku mengguyur tubuhku dengan air kembang
Dan membalut tubuhku dengan kain kafan
Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa
Saat itu mulutku terkunci
Mengapa disekitarku
Banyak orang membacakan firman-firman Tuhan
Banyak orang menangis sambil mengguncang-guncang tubuhku yang diam
Ibu,
Saat menulis telegram ini,
Aku bingung harus nulis apa
Tubuhku yang pernah kau timang ini hanya bisa menderaskan air mata
Aku kangen bu
Aku rindu sama ibu, samabapak
Titip salam juga buat adik-adik
Maafkan kakak yang belum bisa menjadi kakak yang baik
Sampaikan salam buat para dokter yang selama ini merawatku
Yang begitu sayang dan perhatiannya kepadaku
Bu,
Sampaikan salam kepada sahabat-sahabat aktivis peduli ODHA
Terimakasih sejuta kasih
Bersama kalian aku bisa mengubah cara pandangku terhadap kehidupan
Life is beautiful
Hidup itu indah
Itu yang kalian katakan pertama kali
Ketika aku sudah ingin mengakhiri hidupku
Life is beautiful
Semoga kebaikan kalian mendapatkan senyuman Tuhan
Bunda
Disini, di Surga ini
Tuhan mengungkapkan segala rahasia-Nya
HIV dan AIDS adalah malaikat kecil yang dikirim Tuhan
Untuk mengikis habis dosa-dosaku
Dengan virus itu
Tuhan mengajariku tentang satu bab keikhlasan
Dan bab kedua itu adalah pilihan hidup dan pertanggungjawaban
Dengan virus itu
Tuhan mempertanyakan sejauh mana pengorbanan dan kesestiaanku pada-Nya
Ketika aku diuji coba untuk lowongan masuk surga
Dan itu semua membuktikan
bahwa Tuhan punya banyak cara untuk menyayangi hamba-Nya
Meski dunia kita berbeda
Hendaknya kita saling bertegur sapa
Dalam mimpi yang indah
Dan tidur yang terjaga
Mentari pagi menyanyikan lagu semangat untuk hidup
Dan terbenamnya menceritakan bahwa kematian datang dengan pasti
Melalui berbagai cara
Katakan pada mereka
Buat hidup kita lebih berarti di dunia ini
Dari anakmu
Di Surga
MRAN.210511 @ Magister Manajemen Universitas Airlangga

Rabu, 18 Mei 2011
Batu Pijakan
Untuk membuat
mereka tertawa, aku bernyanyi dan menari. Untuk membuat mereka kenyang,
aku meminta kepada alam. Untuk menghangatkan tubuh mereka, aku mencari
sinar matahari. Untuk melelapkan tidur mereka, aku membawa sang
rembulan. Dan untuk membalaskan dendam mereka, aku meminta maaf kepada
Yang Kuasa dan Yang Agung sebelum akhirnya aku akan menjadi seekor
binatang tanpa moral dan perasaan, yang akan mengoyak dan mencabik
manusia-manusia yang buta dan tuli akan cinta kasih, keadilan, dan
perdamaian. Aku adalah Batu Pijakan.
Malam semakin larut, tapi aku belum juga tidur. Sepenggal puisi karya temanku, teman yang bagiku rendah, baru saja selesai aku baca. Jadi inikah arti semuanya? Rasa bersalah masih terus menyelimutiku. Seharusnya aku tidak berada disini, dikamar mewah ini. Seharusnya saat ini aku meringkuk di penjara, di sel tahanan. Tiba-tiba aku bergidik ngeri. Rasa takut menyergapku. Bagaimana kalau dia datang dan dan membalas dendam. Kunaikkan selimut sampai menutupi wajahku dan kubenamkan kepalaku dibawah bantal empuk seraya berharap aku bisa segera tidur. Namun, kejadian itu kembali terekam ulang. Darah itu, jeritan itu, tangisan itu, dan tubuh itu terpelanting jauh, jauh sekali. Semua berawal ketika siang itu aku dan teman-temanku pulang dari sekolah. Seperti biasa kami selalu ribut membicarakan berbagai macam hal. Karena asyiknya, aku yang mengendarai mobil itu tidak begitu konsentrasi. Ya, aku ingat. Saat itu ada seorang cowok cakep sedang berjalan ditrotoar. Spontan aku dan teman-teman langsung menengok kesamping. Setelah itu,”Awas..,” Chika berteriak sambil menunjuk ke arah depan. Ya ampun. Seorang bocah kira-kira berumur 3 tahun sedang menyebrang. Terlambat sudah. Ditengah-tengah kepanikan itu aku tidak sempat mengerem. Tuhan maafkan aku. Aku berteriak sambil menutup mata. Dan ketika kubuka mataku, aku hampir saja bernafas lega karena melihat bocah kecil itu masih baik-baik saja. Tapi, orang-orang yang segera berkerumun di depan sana? Tanpa menunggu waktu, aku segera turun. Hampir saja aku pingsan. “Batu…,” aku bergumam.
Tak lama para polisi berdatangan dan segera membawaku ke kantor polisi. Aku terduduk lemas saat polisi mengatakan bahwa aku terpaksa harus tinggal di tahanan karena kesalahan utama memang berpihak padaku. Bocah kecil itu sama sekali tidak bersalah, apalagi Batu. Mereka menyebrang saat lampu lalu lintas bagi pejalan kaki berwarna hijau. Singkatnya aku menerabas lampu merah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana harus hidup di penjara. Untung saja mama dan papa bisa menyuap pihak kepolisian. Sebenarnya aku sendiri tak tahu, apa harus merasa bersyukur atau tidak. Yang pasti aku telah membuang kewajibanku, mengabaikan apa yang seharusnya aku tanggung. Walaupun kejadian itu sudah 1 tahun yang lalu, aku masih belum bisa melupakannya.
Menurut cerita teman-temanku, saat itu Batu langsung mendorong anak kecil itu dan membiarkan tubuhnya bertubrukan dengan mobilku. Sungguh! Dia seorang pemuda yang hebat, baik, peduli dengan orang lain, penuh cinta kasih dan semangat juang, dan juga yang kesepian ditengah hiruk-pikuknya kehidupan ini. Benar, masa-masa SMA-nya dulu, ketika murid-murid lain saling berkumpul dan bermain bersama, Batu hanya sendirian. Duduk dibawah pohon yang ada dipojok sekolah tanpa sedikit pun ekspresi di raut wajahnya. Tidak ada satupun anak yang mau berteman dengannya karena sikapnya yang dingin, pendiam, berpenampilan dekil dengan rambut acak-acakkan dan kemana-mana selalu membawa buku, tapi anehnya dia tidak pernah menyabet juara. Selain itu, tabiatnya benar-benar aneh. Mungkin bisa dibilang seperti orang gila. Bayangkan saja. Kadang tanpa sebab dia berteriak-teriak sendiri tanpa arah yang jelas. Seperti siang itu, dia berdiri di tengah lapangan sambil bersuara lantang dia berkata,”Lihatlah aku! Aku mengekspresikan diri sesuka hatiku. Tidak satu orang pun boleh menentang atau menghalangiku. Inilah aku dan inilah mauku. Jadi ikutilah adatku dan jangan pernah merasa takut karena sekarang ini kita terbebas dari rasa saling peduli. Lihat pemimpin kita, lihat wakil-wakil kita. Ayo lihat keatas! Mereka tidak selalu peduli pada kita. Maka, mari kita berbuat apapun tanpa perlu peduli terhadap sesama.”
Kalimat itu pernah diucapkannya. Perlahan kenangan itu muncul. Kenangan saat aku pernah mencaci dan menghinanya.
“Gimana sih, kalau jalan-jalan lihat-lihat dong. Mata dikasih pantat. Dasar nggak punya otak!” aku mengumpat.
Hanya masalah sepele, kami bertabrakan dan itu sebenarnya salahku. Tapi, aku membiarkannya memunguti buku-bukunya yang jatuh berserakan.
“Hei, patung hidup! Modal dikit kenapa sih. Coba kalau kamu punya tas dan kamu masukkan buku-buku lusuhmu itu ke dalam tas, nggak mungkin buku-buku itu akan berceceran. Udah tau ini sekolah elite, eh masih berani juga sekolah disini. Jangan-jangan orang tuamu sampai menyembah-nyembah segala, memohon supaya kamu bias diterima disini. Lagian kamu tu nggak usah sok berlagak punya jabatan kutu buku. Kalau memang levelnya cuma kutu busuk aja, ya udah diterima dong,” aku mengakhiri pembicaraanku dan berlalu begitu saja.
Masih kuingat aku sempat menginjak salah satu bukunya. Batu, entah untuk yang keberapa kali aku menyebutnya. Maafkan aku. Bukankah saat aku menyebutnya patung hidup dan kutu busuk itu adalah hal yang sangat menyakitkan? Suatu hal yang tidak pernah ada rencana dalam hidupku. Hal yang tidak pernah kuduga sama sekali akan menjadi kenangan tersendiri dalam hatiku. Yang selalu kubayangkan untuk kukenang adalah saat aku berpacaran, saat mama papa memberiku mobil sebagai hadiah ulang tahunku, dan bukan saat aku harus mengenang Batu. Seseorang yang sama sekali jauh dari kehidupanku. Namun, kenyataan yang ada malah memberiku suguhan tentang kehidupan Batu. Kehidupan Batu yang dulu kukira tidak berkepribadian sama sekali ternyata mampu menggores hatiku. Batu pernah menolongku.
“Saya bersekolah disini bayar Bu, dan saya berhak untuk berpendapat sejauh tidak mengganggu kegiatan sekolah,” aku mencoba membela diri waktu Bu Nanie memarahiku di depan kelas gara-gara aku menegurnya karena dia telah bersikap buruk terhadap siswa hanya karena siswa itu tidak bisa mengerjakan soal kimia yang diberikannya. Sambil mendengarkan pembelaanku, Bu Nanie sibuk menulis sesuatu di kertas. Setelah itu dia mengulurkan kertas itu untukku. Aku melongo. Mentang-mentang guru BP, dia seenaknya saja menskorsku.
“Tiga minggu mulai jam ini kamu boleh bersantai dirumah,” ucapnya ketus.
Dengan menahan amarah, aku segera mengemasi buku-bukuku. Baru saja aku mau melangkah, Batu berdiri dan dengan gerakan kepala menyuruhku duduk. Emosiku benar-benar memuncak sehingga aku pun membentaknya.
“Nggak usah ikut campur!”
Tatapan matanya yang dingin membuatku tak berkutik. Aku hanya mampu berdiri dan menunduk.
“Duduk!”
Entah apa yang terjadi tapi aku merasa takut mendengarnya berbicara sekeras itu. Tanpa pikir panjang aku menuruti kata-katanya. Tangisku tak tertahan lagi memecah keheningan suasana kelas.
“Berikan surat skorsing itu!” untuk kedua kalinya dia mengeluarkan suara.
Segera saja kuberikan kertas itu yang kemudian oleh Batu dirobeknya.
“Tidak ada skorsing untuk masalah seperti ini. Besok kamu masuk seperti biasa,” kali ini suaranya terdengar lebih lunak dan akupun jadi berani bertanya.
“Tapi?” belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, lagi-lagi dia membentakku.
“Masuk! Paham!” aku hanya mampu menganggukkan kepala.
“Batu dengar!” nada suara Bu Nanie yang marah menggema lagi.
“Kamu yang dengar!” balasnya sambil menghampiri Bu Nanie dan menggebrak mejanya. Baru kulihat sekali itu Batu marah. Lalu, dia mengambil bukunya dan pulang.
Saat ini aku hanya bisa menyesali semuanya. Kejadian-kejadian itu ternyata mampu meluluhkan keangkuhan tembok hatiku terhadapnya dan menghapuskan kebencianku, sekalipun dulu dia pernah menamparku dan mempermalukanku di depan umum.
Peristiwa itu pun masih melekat dalam ingatanku. Sore itu, aku dan Dina pulang dari took buku. Saat akan belok kiri, aku lupa menyalakan lampu sein sehingga bapak setengah baya yang sedang mengayuh sepeda di sebelah kiriku jalan terus. Terjadilah kecelakaan kecil, karena terkejut aku pun jatuh. Bapak itu segera turun dan berjalan ke arahku.
“Maaf , ya,” ucapnya lirih.
Kulihat tangannya gemetaran karena takut dan kepalanya menunduk saat aku memarahinya.
“Bapak ini bagaimana sih, hati-hati dong kalau jalan. Nanti dikira saya yang salah,” begitulah aku selalu menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahanku. Orang-orang yang berdatangan menolokngku pun ikut memarahinya.
“Udah Pak, sana. Malah merepotkan saja,”
Bapak itu segera buru-buru pergi. Tapi, karena ketakutan, dia jatuh. Pada waktu yang bersamaan, plak! Aku meringis. Sakit sekali. Aku mendongakkan kepala, Batu. Dia menamparku.
“Licik,” ucapnya singkat lalu membantu bapak itu bangun.
Orang-orang yang menolongku segera mendatangi Batu dan hampir saja memukulinya, tapi mereka terhenti saat Batu berkata,
“Kenapa? Jangan hanya karena wanita berwajah cantik saja kalian rela mengorbankan moral kalian. Tahukan siapa yang salah? Kenapa malah dibela. Lihat! Ayo lihat kebusukan wanita itu! Busuk! Otaknya penuh dengan kebusukan.”
Begitulah kejadian demi kejadian selalu berulang-ulang memenuhi benakku. Seakan ingin mengingatkanku. Kata-kata Batu yang menyakitkan itu pun masih aku ingat dengan jelas. Tidak, aku tidak lagi marah padanya. Benci? Itupun sudah tidak lagi. Aku malah berterima kasih. Semua itu telah menyadarkanku dari keburukanku. Dan, akupun sadar kalau akulah yang tidak punya kepribadian, bukan Batu. Malu rasanya kalau ingat bagaimana dulu aku bersikap buruk kepadanya. Menghinanya habis-habisan, menyakitinya, meremehkannya, memberi jarak padanya, kalau ternyata akulah yang bersikap sok, bukan dia. Seandainya sejak dulu aku dan teman-temanku mengetahui semua itu, Batu yang selalu merasa kesepian, Batu yang selalu menyendiri, Batu yang terluka.
Sepi dan sunyi, duniaku hanya sebesar kelereng. Menggelinding kesana, menggelinding kesini. Diatas tanah dan diinjak kaki-kaki makhluk Tuhan. Tolong! Aku berteriak. Hanya riak kecil air memecah keheningan. Aku tersenyum. Dia memperhatikan aku. Kudongakkan kepalaku. Ku tahu diatas sana ada matahari, ada bulan, ada bintang, dan ada awan. Saat aku melihat kebawah, aku tahu ada tanah, kerikil, pasir, kotoran hewan, dan ada makhluk-makhluk tak berdaya. Kupejamkan mata. Kurasakan hembusan angin menyejukkanku. Namun, aku tidak pernah tahu dimana keluargaku dan merasakan kasih sayang mereka. Keluarga yang sudah tidak lagi berwujud bentuk rupanya, yang menjadi tikus-tikus korban berpendidikan. Dan sampai hari berakhir, saat matahari kembali ke peraduannya, saat bintang dan bulan menunjukkan keindahannya, aku masih terus bertanya kapan kesepian dan luka menganga ini berakhir?
Air mataku menetes membacanya. Hatiku seakan ikut teriris. Aku menyesal pernah menghina orang tuanya. Kupandangi foto Batu. Tampak olehku wajah itu menanggung beban berat. Wajah yang selalu diabaikan orang, wajah yang jarang seorang pun meliriknya, apalagi melihat dan memandanginya. Tapi, semua itu tidak menghentikan niat Batu untuk selalu melihat dan memahami dunia sekitarnya. Salah satu tulisannya mengatakan,
Aku mampu mencerna kata-kata kalian. Untuk itu aku datang kepadamu. Memberikan tulangku untuk menggantikan tulang keroposmu agar kau tetap bisa tegak berdiri. Menghembuskan nafasku ke dalam ragamu agar kau kembali bisa bernafas lega tanpa kesesakan di dada. mengalirkan darahku ke tubuhmu agar kita menjadi satu, satu keluarga karena aku telah kehilangan keluargaku. Memperdengarkan alunan musik surgawi untukmu agar kau bisa melenggak-lenggokkan jiwa ragamu. Dan saat malam membuat segalanya gelap, tidurlah mengakhiri kepenatanmu. Jangan takut. Aku akan menjagamu dan menjadi terang bagimu karena aku mencintaimu, saudaraku.
Adakah orang yang mampu bersikap seperti itu? Berjiwa tulus dan berhati lembut. Yang rela mengorbankan diri demi orang lain. Semua karyanya sungguh hebat. Di rak bukuku semua buku karangan Batu tertata rapi. Aku tidak pernah bosan membacanya. Ceritanya, puisinya, amarahnya. Semua, semua yang ditulisnya.
Cepatlah berlari di depanku sebelum musuh menangkap dan membunuhmu. Cepatlah sembunyi di belakangku sebelum anjing-anjing liar itu mengoyak habis isi perutmu. Cepatlah duduk disampingku dan ikut gerakanku. Kita berdoa kepada Tuhan karena hanya Dia yang akan selalu mendengarkan. Cepatlah baca buku lusuhku agar kau segera menemukan dunia baru. Cepatlah lingkarkan tanganmu dibahuku agar kita bisa saling berbagi beban. Sebelum dunia ini penuh angkara murka, cepatlah berdiri diatas punggungku dan tengoklah seberang tembok itu. Ada apa disana agar kau bisa siap sedia menyelamatkan bangsamu. Dan untuk terakhir kalinya, berdirilah diatas kepalaku agar kau bisa mengetuk pintu rumah Tuhan, mencari perlindungan dan kedamaian. Ini semua kulakukan untukmu karena aku adalah Batu Pijakan, pijaklah aku selalu.
Bukankah dia seorang yang mulia? Tidak adil kalau diperlakukan seperti itu. Aku terdiam. Menghentikan ucapanku. Tidak seharusnya aku berkata seperti karena aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia tanpa keadilan dan untuk orang-orang seperti itulah Batu hadir menyingkirkan. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku ungkapkan mengenai Batu. Aku tidak tahu apalagi yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku. Tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk menghargainya. Menghargai Batu yang sekarang tinggal kenangan. Walaupun aku selalu pergi ke rumah peristirahatannya dan selalu membawakan bunga-bunga, itu semua belum cukup. Bagaimanapun juga aku telah melenyapkan dewa penolong bagi orang-orang yang ada dibawah sana. Lalu apalagi yang patut aku lakukan? Ada satu hal yang tidak bisa aku lakukan, yaitu mengaguminya. Tentu saja, aku benar-benar kagum terhadapnya, tapi Batu melarang setiap orang mengagumi dirinya.keinginannya itu tertuang dalam tulisannya,
Jangan kagumi aku jika kau tahu siapa aku! Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah pemain teater yang hebat, lebih hebat darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah penulis hebat., lebih hebat darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah seorang yang bermandikan uang. Aku lebih kaya darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku mampu bergaul dengan makhluk-makhluk kesayangan Tuhan. Tidak sepertimu. Arogan! Jangan kagumi aku jika aku ternyata hidup secara nomaden karena rumahku banyak. Jangan kagumi aku jika kau tahu kuberikan uangku untuk orang lain. Jangan kagumi aku..
Dengan menyandang nama Batu Pijakan, dia berharap benar-benar bisa menjadi batu pijakan bagi orang-orang yang memang membutuhkan itu. Dalam kalimat terakhir tertulis,
Suatu hari aku pergi ke rumah orang bijak dan bertanya, ”Bagaimana caranya menciptakan suasana damai di muka bumi ini?” jawab orang bijak, “Jika di bumi ini masih ada sepuluh saja orang yang berakal sehat meski separuh dunia sudah hancur oleh peperangan, manusia yang tersisa masih pantas berharap suasana damai bisa tercipta.” Lalu aku pergi mencari orang yang berakal sehat itu.
Malam semakin larut, tapi aku belum juga tidur. Sepenggal puisi karya temanku, teman yang bagiku rendah, baru saja selesai aku baca. Jadi inikah arti semuanya? Rasa bersalah masih terus menyelimutiku. Seharusnya aku tidak berada disini, dikamar mewah ini. Seharusnya saat ini aku meringkuk di penjara, di sel tahanan. Tiba-tiba aku bergidik ngeri. Rasa takut menyergapku. Bagaimana kalau dia datang dan dan membalas dendam. Kunaikkan selimut sampai menutupi wajahku dan kubenamkan kepalaku dibawah bantal empuk seraya berharap aku bisa segera tidur. Namun, kejadian itu kembali terekam ulang. Darah itu, jeritan itu, tangisan itu, dan tubuh itu terpelanting jauh, jauh sekali. Semua berawal ketika siang itu aku dan teman-temanku pulang dari sekolah. Seperti biasa kami selalu ribut membicarakan berbagai macam hal. Karena asyiknya, aku yang mengendarai mobil itu tidak begitu konsentrasi. Ya, aku ingat. Saat itu ada seorang cowok cakep sedang berjalan ditrotoar. Spontan aku dan teman-teman langsung menengok kesamping. Setelah itu,”Awas..,” Chika berteriak sambil menunjuk ke arah depan. Ya ampun. Seorang bocah kira-kira berumur 3 tahun sedang menyebrang. Terlambat sudah. Ditengah-tengah kepanikan itu aku tidak sempat mengerem. Tuhan maafkan aku. Aku berteriak sambil menutup mata. Dan ketika kubuka mataku, aku hampir saja bernafas lega karena melihat bocah kecil itu masih baik-baik saja. Tapi, orang-orang yang segera berkerumun di depan sana? Tanpa menunggu waktu, aku segera turun. Hampir saja aku pingsan. “Batu…,” aku bergumam.
Tak lama para polisi berdatangan dan segera membawaku ke kantor polisi. Aku terduduk lemas saat polisi mengatakan bahwa aku terpaksa harus tinggal di tahanan karena kesalahan utama memang berpihak padaku. Bocah kecil itu sama sekali tidak bersalah, apalagi Batu. Mereka menyebrang saat lampu lalu lintas bagi pejalan kaki berwarna hijau. Singkatnya aku menerabas lampu merah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana harus hidup di penjara. Untung saja mama dan papa bisa menyuap pihak kepolisian. Sebenarnya aku sendiri tak tahu, apa harus merasa bersyukur atau tidak. Yang pasti aku telah membuang kewajibanku, mengabaikan apa yang seharusnya aku tanggung. Walaupun kejadian itu sudah 1 tahun yang lalu, aku masih belum bisa melupakannya.
Menurut cerita teman-temanku, saat itu Batu langsung mendorong anak kecil itu dan membiarkan tubuhnya bertubrukan dengan mobilku. Sungguh! Dia seorang pemuda yang hebat, baik, peduli dengan orang lain, penuh cinta kasih dan semangat juang, dan juga yang kesepian ditengah hiruk-pikuknya kehidupan ini. Benar, masa-masa SMA-nya dulu, ketika murid-murid lain saling berkumpul dan bermain bersama, Batu hanya sendirian. Duduk dibawah pohon yang ada dipojok sekolah tanpa sedikit pun ekspresi di raut wajahnya. Tidak ada satupun anak yang mau berteman dengannya karena sikapnya yang dingin, pendiam, berpenampilan dekil dengan rambut acak-acakkan dan kemana-mana selalu membawa buku, tapi anehnya dia tidak pernah menyabet juara. Selain itu, tabiatnya benar-benar aneh. Mungkin bisa dibilang seperti orang gila. Bayangkan saja. Kadang tanpa sebab dia berteriak-teriak sendiri tanpa arah yang jelas. Seperti siang itu, dia berdiri di tengah lapangan sambil bersuara lantang dia berkata,”Lihatlah aku! Aku mengekspresikan diri sesuka hatiku. Tidak satu orang pun boleh menentang atau menghalangiku. Inilah aku dan inilah mauku. Jadi ikutilah adatku dan jangan pernah merasa takut karena sekarang ini kita terbebas dari rasa saling peduli. Lihat pemimpin kita, lihat wakil-wakil kita. Ayo lihat keatas! Mereka tidak selalu peduli pada kita. Maka, mari kita berbuat apapun tanpa perlu peduli terhadap sesama.”
Kalimat itu pernah diucapkannya. Perlahan kenangan itu muncul. Kenangan saat aku pernah mencaci dan menghinanya.
“Gimana sih, kalau jalan-jalan lihat-lihat dong. Mata dikasih pantat. Dasar nggak punya otak!” aku mengumpat.
Hanya masalah sepele, kami bertabrakan dan itu sebenarnya salahku. Tapi, aku membiarkannya memunguti buku-bukunya yang jatuh berserakan.
“Hei, patung hidup! Modal dikit kenapa sih. Coba kalau kamu punya tas dan kamu masukkan buku-buku lusuhmu itu ke dalam tas, nggak mungkin buku-buku itu akan berceceran. Udah tau ini sekolah elite, eh masih berani juga sekolah disini. Jangan-jangan orang tuamu sampai menyembah-nyembah segala, memohon supaya kamu bias diterima disini. Lagian kamu tu nggak usah sok berlagak punya jabatan kutu buku. Kalau memang levelnya cuma kutu busuk aja, ya udah diterima dong,” aku mengakhiri pembicaraanku dan berlalu begitu saja.
Masih kuingat aku sempat menginjak salah satu bukunya. Batu, entah untuk yang keberapa kali aku menyebutnya. Maafkan aku. Bukankah saat aku menyebutnya patung hidup dan kutu busuk itu adalah hal yang sangat menyakitkan? Suatu hal yang tidak pernah ada rencana dalam hidupku. Hal yang tidak pernah kuduga sama sekali akan menjadi kenangan tersendiri dalam hatiku. Yang selalu kubayangkan untuk kukenang adalah saat aku berpacaran, saat mama papa memberiku mobil sebagai hadiah ulang tahunku, dan bukan saat aku harus mengenang Batu. Seseorang yang sama sekali jauh dari kehidupanku. Namun, kenyataan yang ada malah memberiku suguhan tentang kehidupan Batu. Kehidupan Batu yang dulu kukira tidak berkepribadian sama sekali ternyata mampu menggores hatiku. Batu pernah menolongku.
“Saya bersekolah disini bayar Bu, dan saya berhak untuk berpendapat sejauh tidak mengganggu kegiatan sekolah,” aku mencoba membela diri waktu Bu Nanie memarahiku di depan kelas gara-gara aku menegurnya karena dia telah bersikap buruk terhadap siswa hanya karena siswa itu tidak bisa mengerjakan soal kimia yang diberikannya. Sambil mendengarkan pembelaanku, Bu Nanie sibuk menulis sesuatu di kertas. Setelah itu dia mengulurkan kertas itu untukku. Aku melongo. Mentang-mentang guru BP, dia seenaknya saja menskorsku.
“Tiga minggu mulai jam ini kamu boleh bersantai dirumah,” ucapnya ketus.
Dengan menahan amarah, aku segera mengemasi buku-bukuku. Baru saja aku mau melangkah, Batu berdiri dan dengan gerakan kepala menyuruhku duduk. Emosiku benar-benar memuncak sehingga aku pun membentaknya.
“Nggak usah ikut campur!”
Tatapan matanya yang dingin membuatku tak berkutik. Aku hanya mampu berdiri dan menunduk.
“Duduk!”
Entah apa yang terjadi tapi aku merasa takut mendengarnya berbicara sekeras itu. Tanpa pikir panjang aku menuruti kata-katanya. Tangisku tak tertahan lagi memecah keheningan suasana kelas.
“Berikan surat skorsing itu!” untuk kedua kalinya dia mengeluarkan suara.
Segera saja kuberikan kertas itu yang kemudian oleh Batu dirobeknya.
“Tidak ada skorsing untuk masalah seperti ini. Besok kamu masuk seperti biasa,” kali ini suaranya terdengar lebih lunak dan akupun jadi berani bertanya.
“Tapi?” belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, lagi-lagi dia membentakku.
“Masuk! Paham!” aku hanya mampu menganggukkan kepala.
“Batu dengar!” nada suara Bu Nanie yang marah menggema lagi.
“Kamu yang dengar!” balasnya sambil menghampiri Bu Nanie dan menggebrak mejanya. Baru kulihat sekali itu Batu marah. Lalu, dia mengambil bukunya dan pulang.
Saat ini aku hanya bisa menyesali semuanya. Kejadian-kejadian itu ternyata mampu meluluhkan keangkuhan tembok hatiku terhadapnya dan menghapuskan kebencianku, sekalipun dulu dia pernah menamparku dan mempermalukanku di depan umum.
Peristiwa itu pun masih melekat dalam ingatanku. Sore itu, aku dan Dina pulang dari took buku. Saat akan belok kiri, aku lupa menyalakan lampu sein sehingga bapak setengah baya yang sedang mengayuh sepeda di sebelah kiriku jalan terus. Terjadilah kecelakaan kecil, karena terkejut aku pun jatuh. Bapak itu segera turun dan berjalan ke arahku.
“Maaf , ya,” ucapnya lirih.
Kulihat tangannya gemetaran karena takut dan kepalanya menunduk saat aku memarahinya.
“Bapak ini bagaimana sih, hati-hati dong kalau jalan. Nanti dikira saya yang salah,” begitulah aku selalu menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahanku. Orang-orang yang berdatangan menolokngku pun ikut memarahinya.
“Udah Pak, sana. Malah merepotkan saja,”
Bapak itu segera buru-buru pergi. Tapi, karena ketakutan, dia jatuh. Pada waktu yang bersamaan, plak! Aku meringis. Sakit sekali. Aku mendongakkan kepala, Batu. Dia menamparku.
“Licik,” ucapnya singkat lalu membantu bapak itu bangun.
Orang-orang yang menolongku segera mendatangi Batu dan hampir saja memukulinya, tapi mereka terhenti saat Batu berkata,
“Kenapa? Jangan hanya karena wanita berwajah cantik saja kalian rela mengorbankan moral kalian. Tahukan siapa yang salah? Kenapa malah dibela. Lihat! Ayo lihat kebusukan wanita itu! Busuk! Otaknya penuh dengan kebusukan.”
Begitulah kejadian demi kejadian selalu berulang-ulang memenuhi benakku. Seakan ingin mengingatkanku. Kata-kata Batu yang menyakitkan itu pun masih aku ingat dengan jelas. Tidak, aku tidak lagi marah padanya. Benci? Itupun sudah tidak lagi. Aku malah berterima kasih. Semua itu telah menyadarkanku dari keburukanku. Dan, akupun sadar kalau akulah yang tidak punya kepribadian, bukan Batu. Malu rasanya kalau ingat bagaimana dulu aku bersikap buruk kepadanya. Menghinanya habis-habisan, menyakitinya, meremehkannya, memberi jarak padanya, kalau ternyata akulah yang bersikap sok, bukan dia. Seandainya sejak dulu aku dan teman-temanku mengetahui semua itu, Batu yang selalu merasa kesepian, Batu yang selalu menyendiri, Batu yang terluka.
Sepi dan sunyi, duniaku hanya sebesar kelereng. Menggelinding kesana, menggelinding kesini. Diatas tanah dan diinjak kaki-kaki makhluk Tuhan. Tolong! Aku berteriak. Hanya riak kecil air memecah keheningan. Aku tersenyum. Dia memperhatikan aku. Kudongakkan kepalaku. Ku tahu diatas sana ada matahari, ada bulan, ada bintang, dan ada awan. Saat aku melihat kebawah, aku tahu ada tanah, kerikil, pasir, kotoran hewan, dan ada makhluk-makhluk tak berdaya. Kupejamkan mata. Kurasakan hembusan angin menyejukkanku. Namun, aku tidak pernah tahu dimana keluargaku dan merasakan kasih sayang mereka. Keluarga yang sudah tidak lagi berwujud bentuk rupanya, yang menjadi tikus-tikus korban berpendidikan. Dan sampai hari berakhir, saat matahari kembali ke peraduannya, saat bintang dan bulan menunjukkan keindahannya, aku masih terus bertanya kapan kesepian dan luka menganga ini berakhir?
Air mataku menetes membacanya. Hatiku seakan ikut teriris. Aku menyesal pernah menghina orang tuanya. Kupandangi foto Batu. Tampak olehku wajah itu menanggung beban berat. Wajah yang selalu diabaikan orang, wajah yang jarang seorang pun meliriknya, apalagi melihat dan memandanginya. Tapi, semua itu tidak menghentikan niat Batu untuk selalu melihat dan memahami dunia sekitarnya. Salah satu tulisannya mengatakan,
Aku mampu mencerna kata-kata kalian. Untuk itu aku datang kepadamu. Memberikan tulangku untuk menggantikan tulang keroposmu agar kau tetap bisa tegak berdiri. Menghembuskan nafasku ke dalam ragamu agar kau kembali bisa bernafas lega tanpa kesesakan di dada. mengalirkan darahku ke tubuhmu agar kita menjadi satu, satu keluarga karena aku telah kehilangan keluargaku. Memperdengarkan alunan musik surgawi untukmu agar kau bisa melenggak-lenggokkan jiwa ragamu. Dan saat malam membuat segalanya gelap, tidurlah mengakhiri kepenatanmu. Jangan takut. Aku akan menjagamu dan menjadi terang bagimu karena aku mencintaimu, saudaraku.
Adakah orang yang mampu bersikap seperti itu? Berjiwa tulus dan berhati lembut. Yang rela mengorbankan diri demi orang lain. Semua karyanya sungguh hebat. Di rak bukuku semua buku karangan Batu tertata rapi. Aku tidak pernah bosan membacanya. Ceritanya, puisinya, amarahnya. Semua, semua yang ditulisnya.
Cepatlah berlari di depanku sebelum musuh menangkap dan membunuhmu. Cepatlah sembunyi di belakangku sebelum anjing-anjing liar itu mengoyak habis isi perutmu. Cepatlah duduk disampingku dan ikut gerakanku. Kita berdoa kepada Tuhan karena hanya Dia yang akan selalu mendengarkan. Cepatlah baca buku lusuhku agar kau segera menemukan dunia baru. Cepatlah lingkarkan tanganmu dibahuku agar kita bisa saling berbagi beban. Sebelum dunia ini penuh angkara murka, cepatlah berdiri diatas punggungku dan tengoklah seberang tembok itu. Ada apa disana agar kau bisa siap sedia menyelamatkan bangsamu. Dan untuk terakhir kalinya, berdirilah diatas kepalaku agar kau bisa mengetuk pintu rumah Tuhan, mencari perlindungan dan kedamaian. Ini semua kulakukan untukmu karena aku adalah Batu Pijakan, pijaklah aku selalu.
Bukankah dia seorang yang mulia? Tidak adil kalau diperlakukan seperti itu. Aku terdiam. Menghentikan ucapanku. Tidak seharusnya aku berkata seperti karena aku adalah salah satu dari sekian banyak manusia tanpa keadilan dan untuk orang-orang seperti itulah Batu hadir menyingkirkan. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku ungkapkan mengenai Batu. Aku tidak tahu apalagi yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku. Tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk menghargainya. Menghargai Batu yang sekarang tinggal kenangan. Walaupun aku selalu pergi ke rumah peristirahatannya dan selalu membawakan bunga-bunga, itu semua belum cukup. Bagaimanapun juga aku telah melenyapkan dewa penolong bagi orang-orang yang ada dibawah sana. Lalu apalagi yang patut aku lakukan? Ada satu hal yang tidak bisa aku lakukan, yaitu mengaguminya. Tentu saja, aku benar-benar kagum terhadapnya, tapi Batu melarang setiap orang mengagumi dirinya.keinginannya itu tertuang dalam tulisannya,
Jangan kagumi aku jika kau tahu siapa aku! Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah pemain teater yang hebat, lebih hebat darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah penulis hebat., lebih hebat darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku adalah seorang yang bermandikan uang. Aku lebih kaya darimu. Jangan kagumi aku jika ternyata aku mampu bergaul dengan makhluk-makhluk kesayangan Tuhan. Tidak sepertimu. Arogan! Jangan kagumi aku jika aku ternyata hidup secara nomaden karena rumahku banyak. Jangan kagumi aku jika kau tahu kuberikan uangku untuk orang lain. Jangan kagumi aku..
Dengan menyandang nama Batu Pijakan, dia berharap benar-benar bisa menjadi batu pijakan bagi orang-orang yang memang membutuhkan itu. Dalam kalimat terakhir tertulis,
Suatu hari aku pergi ke rumah orang bijak dan bertanya, ”Bagaimana caranya menciptakan suasana damai di muka bumi ini?” jawab orang bijak, “Jika di bumi ini masih ada sepuluh saja orang yang berakal sehat meski separuh dunia sudah hancur oleh peperangan, manusia yang tersisa masih pantas berharap suasana damai bisa tercipta.” Lalu aku pergi mencari orang yang berakal sehat itu.

Minggu, 24 April 2011
Happy Bornday ^^
malam ini.. bahagialah disana
disini terucap untuk hari jadi kamu
sisakan duniamu untuk ku ukir sebagai penghias mimpi
dewasakan dirinya..
sucikan hatinya agar tak keruh
dan meredup saat memangku cahaya cinta
tinggikan jiwanya
rendahkan ucapannya
agar dia santun untuk dimiliki
karna dia suci
bagai peri-peri kecilku
damaikan dunia
created by dzai
for my sister.. maya
happy bornday :)
*24 apr 2011
disini terucap untuk hari jadi kamu
sisakan duniamu untuk ku ukir sebagai penghias mimpi
dewasakan dirinya..
sucikan hatinya agar tak keruh
dan meredup saat memangku cahaya cinta
tinggikan jiwanya
rendahkan ucapannya
agar dia santun untuk dimiliki
karna dia suci
bagai peri-peri kecilku
damaikan dunia
created by dzai
for my sister.. maya
happy bornday :)
*24 apr 2011

Sabtu, 16 April 2011
in memoriam part 2
aku bukan siapamu..
hanya sebutir debu asing yang datang dan hinggap menempel dilenganmu
yang mungkin menurutmu hanya hal pengganggu
aku takkan bisa bahagiakanmu
aku bukan payung yang mampu menjagamu kala hujan
juga bukan sebuah selimut yang mampu memelukmu kala malam dingin menyayat
aku hanya bisa berharap
kau akan menyebut namaku ketika 1 hari nanti aku hilang dan mati
bukan untuk melupakanmu
tapi untuk tak lagi melindungimu
karna asa tak pantas yang hinggap
tapi,,
harus kau percaya bahwa hati ini tetap menyisakan ruang untukmu
maafkanlah aku yang tak mampu tuk selalu menjagamu

Sabtu, 09 April 2011
Mereka Lupa...
Namaku Rey
Mereka biasa memanggilku begitu
Julukan yang tak cantik
Juga tak tampan
Aku bukanlah seorang lelaki
Tak cantik
Juga tak tampan
Mereka yang menganggapku begitu
Bicaraku terlalu tinggi.. sok diplomatis tanpa sisi romantis
Jejak langkahku menatap lurus kedepan tanpa lenggak lenggok pragawati di red karpetnya membuatku ingin muntah melihatnya
Dan apapun yang melekat didiriku
Aku tak ambil pusing.. masa bodoh dengan itu semua..
Satu hal yang pasti,,
Aku perempuan normal
Pecinta lelaki
Aku bukanlah batu candi yang kokoh
Begitu pula hatiku : sensitive
BODOH!!
Buaya darat itu puas
Mempermainkan mangsanya
Meremukkannya
Dan mati..
BODOH!!
Katanya ..
Peduli padaku
Sayang padaku
Cinta padaku
Dan pada akhirnya semuanya omong kosong
Hanya tertawa...
Terpingkal-pingkal sendiri
Mereka lupa
Para laki-laki itu lupa
Aku juga punya perasaan

Sabtu, 26 Maret 2011
Berita Lama Tentang Nyanyian Derita (Ratapan Hati Orang Terinfeksi HIV)
Dalam kelam gerimis senja aku terseok labuhkan duka
Bersama lara yang tiada terlerai dalam langkah berjuta
Bagai mengusung seribu gunung
Hatiku lelah
Begitulah..
Hidup dengan sesuatu yang dianggap hantu
Yang diberi label VIRUS HIV
Demikanlah..
Kekalnya duka bak jadi legenda hingga kata-kata tiada lagi bermakna
Kabar terbaru adalah berita tentang DISKRIMINASI dan STIGMA – diatas lukaku yang menganga, semestaku luka.. jagadku duka
Lara yang ku larung dalam alir waktu dan senoktah kenangan yang kulabur darah
Dikedalaman palung samudera hati
Terasa abadi menjadi timbunan beronggok sejarah
Aku tertancap dalam kesendirian tanpa tahu adakah suaraku bisa menembus
Menemui segenggam hati yang lain....
Tentang gelisah yang sarat diujung pekat
Tentang riang yang dulu rindang
Tentang resah yang menggetas dibimbang yang luas
Aku hilang..
Dalam sakit dan hina yang bertubi didesak-desakkan
Nyata disini
Namun ku hanya dianggap hiasan
Suaraku dianggap seperti asap – bikin batuk
Lalu hilang ditampar angin
Gerakku Cuma dianggap sampah – kadang dibuang tak diperhatikan
Padahal aku ingin seperti damar minyak yang berguna disaat yang layak
Bukan seperti hantu yang eksistensinya dijauhi dna ditakuti
Lalu..
Harus bagaimana aku saat mentari dan bulan bergantian datang
Karna yang kutahu sebilah tangan takkan mampu
Menorehkan sejuta kata dan cerita bagi jiwaku yang sekarat
Bagimu yang mengaku punya hati dan nurani
Kenapa keu pasung aku ditengah derita..
Hingga terus berharap bumi menelanku
Dengarkah kau jeritku lamat-lamat
Meronta kuat dipojok sekarat
Apakah kau hanya mendengar dan melihat?
Kadang sesekali menggeleng dan menganggukkan kepala
Tanpa berbuat apa-apa
Ratapku padamu...
Malam memilin sunyi dibantal pekat
Aku melangkah pasrah
Dengan hati yang menopang raga nan sekarat
Kalbuku gulita tanpa pelita
Menangis tanpa air mata ternyata lebih pedih dari ribuan siksa
Bila tiap kujejakkan kaki penuh luka ini
Hanya cibir sebelah mata yang ada
Sementara keringat telah lama mendingin
Airmata dan tetes darah telah lama mengering
Tapi terlalu renta waktu ini kunantikan dan aku takut kalau harus menyerah lebih awal
Karena tak terbesit sedikitpun rasa tuk jadi begini
Aku mohon..
Jangan bodohkan aku bila aku tertancap duri
Tapi peluk aku..
Hargai usahaku tuk langkahkan kaki
Dan bantu aku membalut luka ini
Sebab telah terlanjur kulemparkan sekeping doa
Kepada kuasa yang paling sejati diatas segala badan dan ruh
Yang entah menjelma apa dalam sanubari kita
Yang menguji kita dengan fitnah dan aniaya
Yang memuji kita dengan fasih dan persahabatan
Doa sederhanaku yang hampir membatu
Pada sisa akhir waktuku yang tak yakin akan lagi panjang
Tentang satu keinginan memandang semesta dengan hati
Memaknai arti kasih sayang yang terbentang
Dengan ikhlas dan tulus mengitari
Aku mohon..
Jauhkan aku dari kenistaan dan kesia-siaan
By : Yudha Novianto (ODHA)
*kenangan terakhir malam renungan AIDS Nusantara bareng mas Gunawan (ODHA).. selamat jalan mas :')

.broken home
maaf..
aku membuatmu kecewa
maaf..
aku hanya ingin jujur
sungguh,, apa yang ku tulis ini tiada dusta
maaf..
jika aku seperti ini
tapi inilah aku
sungguh, apa yang ku ucapkan padamu tiada dusta
ku tau
yang kamu cari bukan di duniaku yang maya
*aku ingin hidup yang nyata dan real
jika kamu menginginkannya..
pergilah..
kan ku titipkan rinduku pada batas senja yang menggantung disana
setiap awal
slalu ada akhir
pertemanan yang begitu singkat
namun membekas dalam sanubari
trimakasihku
untukmu.. teman dekatku
yang memberiku pelajaran
bahwa hidup tidak hanya sekedar berbuat..
tapi juga tanggungjawab
bahwa semangat dalam menjalani kehidupan slalu ada
dan lainnya..
yang tak mungkin ku ungkap disini
.slalu berharap yang terbaik untukmu, teman dekatku.
aku membuatmu kecewa
maaf..
aku hanya ingin jujur
sungguh,, apa yang ku tulis ini tiada dusta
maaf..
jika aku seperti ini
tapi inilah aku
sungguh, apa yang ku ucapkan padamu tiada dusta
ku tau
yang kamu cari bukan di duniaku yang maya
*aku ingin hidup yang nyata dan real
jika kamu menginginkannya..
pergilah..
kan ku titipkan rinduku pada batas senja yang menggantung disana
setiap awal
slalu ada akhir
pertemanan yang begitu singkat
namun membekas dalam sanubari
trimakasihku
untukmu.. teman dekatku
yang memberiku pelajaran
bahwa hidup tidak hanya sekedar berbuat..
tapi juga tanggungjawab
bahwa semangat dalam menjalani kehidupan slalu ada
dan lainnya..
yang tak mungkin ku ungkap disini
.slalu berharap yang terbaik untukmu, teman dekatku.

For someone-who-is-he
Dihujam dengan beribu pertanyaan
Apakah fotoku juga menghiasi dompetmu : kini
Setelah kisah itu usai
Menutup lembar ceritanya
Begitu singkat
Tak ada makna yang dapat ditangkap
Otakku kram
Memikirkan yang lalu..
Ah, tak ada guna
Dia berkata, ”untuk apa menyimpan fotonya jika bertemu orangnya masih bisa”
Ckckck..
Kamu cerdik!
Kamu jenius sayang!
Bukankah kamu menghargai mereka : dengan menyimpan fotonya
Lantas sekarang apa??
Pikiranku berseliweran..
mencari kebutuhan yang stabil untuk hal yang labil
Bolehkah aku mencicipi peran sebagai penikmat cinta sepertimu?
Aku ingin merasakan butiran pasir bergetar dalam hatiku
lalu aku akan mengambil meteran panjang untuk mengukur
seberapa besar keindahan yang kamu rasakan untuk hal yang miris
sekedar dicintai
Kamu bilang masih tidak nyaman
Seperti apalagi itu?
Apakah seperti sekotak permen asam yang tertelan di lambungmu?
aku ingin merasakan segala enzim mulai berperang diperutku
lalu aku akan menelan kertas lakmus untuk mengukur
keasamannya
dan aku akan mengerti
Sudahlah..
Terlalu banyak tentang kamu yang aku bicarakan
berdoalah semoga wanita-wanitamu itu bisa memaklumi
seperti aku

Senin, 31 Januari 2011
.Rayuanmu Hiperbola.
Bait-bait puisi tlah usai
Tak begitu puitis
Dan tak romantis
Hanya kata-kata sampah
Rayuan gombal tak bermutu
Kau pikir itu indah ?!
Terdengar menjijikkan
Bahkan lebih parah dari lantunan melayu sendu
Hentikan sekarang
Tak ingin ku mendengarnya
.rayuanmu hiperbola.

Minggu, 30 Januari 2011
.Kehidupan yang memuakkan!.
Perih..
Slalu itu yang kurasa
Setiap ku katakan ’maaf’
Sudahlah..
Aku hanyalah seorang pecundang
*bukankah aku pembunuh jiwa ini sendiri ?!
Tersenyum sinis
.kehidupan yang memuakkan!.

Sabtu, 29 Januari 2011
.Anginku.
Aku bukanlah angsamu
Hanyalah seekor katak yang susah kau dapatkan
Pergilah...
Sampaikan pesanku wahai dedaunan yang berterbangan
”hembusanmu selalu ada”
.Anginku.

Jumat, 28 Januari 2011
Aku mendendam
Dinding-dinding tua mulai rapuh
Saksi bisu
Penindasan 3 tahun yang lalu
Hening...
Hanya tertawa
Hahaha
Jangan kau tanyakan lagi
Tentang kematianku..
Tentang pembunuh jiwa ini..
Hanya tertawa
Hahaha
.aku mendendam.

Kamis, 27 Januari 2011
Bosan
Tik…tok…tik…tok…
Sang waktu trus berlariDan ku terdiam
Lelah...
Tak dapat mengejarnya
Ahh..
Bangsat!!
Hentikan detikmu itu
Tak taukah kau
Tiap dentingmu memecahkan kokleaku
Bosan..
Jenuh menanti..
Sudahlah
Ragaku tlah mati

Selasa, 25 Januari 2011
.Kau takkan menemukannya.
Biarlah
Tak peduli siapa kau
Hanya otakku yang tau
Memori yang tlah lalu
Cari saja..
Sampai kau puas
Pada otak-otak sampah tak berguna
.Kau takkan menemukannya.

Langganan:
Postingan (Atom)